MenheraMenhera (Jepang: メンヘラ ) adalah istilah slang Jepang yang digunakan untuk menggambarkan seseorang, sering kali wanita, yang menderita gangguan kesehatan mental. Istilah ini juga dapat merujuk kepada karakter fiksi yang menunjukkan ciri-ciri penyakit mental atau orang-orang dalam subkultur mode yang terinspirasi oleh kesehatan mental.[1] EtimologiMenhera merupakan singkatan dari mentaru herusu (mental healther, bahasa Indonesia: kesehatan mental) dan awalnya merujuk untuk pengguna layanan mentaru herusu ban, sebuah papan buletin dari 2channel yang membahas seputar kesehatan mental. Istilah mentaru herusu, yang berarti kesehatan mental, disingkat oleh anggota papan buletin menjadi menheru, dan para penggunanya disebut sebagai menhera.[2] SejarahIstilah menhera mulai menyebar melalui papan buletin mentaru herusu ban di 2channel pada awal tahun 2000-an, di mana istilah ini mulai digunakan untuk merujuk kepada seseorang dengan kondisi kesehatan mental yang kurang baik. Kemudian pada dekade tersebut, istilah ini semakin dikaitkan dengan perempuan, terutama bagi mereka yang menunjukkan ciri-ciri gangguan kepribadian ambang.[3] Menhera semakin dipopulerkan oleh Ezaki Bisko, yang pada tahun 2013 menciptakan karakter Menhera-chan yang kelak menjadi ciri khas subkultur dan estetika mode yami-kawaii.[4] KarakteristikDalam fiksiDalam tinjauan ilmiah mengenai kiasan menhera dalam fiksi, peneliti Yukari Seko dan Minako Kikuchi membedakan tiga subtipe wanita menhera, yakni: gadis muram, yang mengalami kesepian dan keterasingan akut; gadis gila, yang mungkin menunjukkan perilaku obsesif yang tidak sehat terhadap minat cintanya; dan si imut, yang mewujudkan subkultur mode yang dikaitkan dengan menhera. Para penulis mencatat bahwa semua bentuk menhera mungkin telah melakukan beberapa tingkatan tindakan melukai diri sendiri.[5] Dalam fesyenKomunitas Menhera dikaitkan dengan subkultur mode yami-kawaii (lucu nan menggemaskan),[6] sebuah variasi estetika kawaii yang dicirikan dengan motif medis (dikaitkan dengan kesehatan mental) seperti pil, jarum suntik, dan perban.[7][8] AnalisaDalam sebuah analisis oleh Business of Fashion tentang komunitas menhera dan estetika yami-kawaii, beberapa komentator berpendapat bahwa subkultur ini muncul karena nilai kejutannya, sementara yang lain berpendapat bahwa tren ini meningkatkan kesadaran terhadap penyakit mental dan bunuh diri di Jepang, di mana subjek yang seperti ini seringkali dianggap tabu.[9] Sentimen terakhir juga disampaikan oleh Elizabeth McCafferty dari majalah Vice.[10] Referensi
|