Medri Bahri (bahasa Tigrinya: ምድሪ ባሕሪ?) adalah sebuah kerajaan yang terletak di Eritrea, Tanduk Afrika. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang Bahri Negus (juga disebut Bahri Negasi), dan ibu kotanya terletak di Debarwa.[1]
Garis besar
Setelah kemunduran Kerajaan Aksum, tanah tinggi Eritrea berada di bawah kekuasaan Bahr Negash. Wilayah tersebut saat itu dikenal dengan nama Ma'ikele Bahr ("di antara laut/sungai," atau tanah antara Laut Merah dan Mareb).[2] Nama ini kemudian diganti pada masa Kaisar Zara Yaqob menjadi Medri Bahri ("Tanah Laut" dalam bahasa Tingrinya).[3] Dengan ibu kota di Debarwa,[1] provinsi-provinsi utama negara ini adalah Hamasien, Serae (hanya satu distrik dan secara politik merupakan distrik paling penting), dan Akele Guzai. Nantinya, Akele Guzai menentang kekuasaan Bahr Negassi dan merdeka, tetapi secara internal terbagi menjadi distrik-distrik kecil yang independen.[4]
Pengelana Skotlandia James Bruce melaporkan pada tahun 1770 bahwa Medri Bahri adalah entitas politik yang terpisah dari Kekaisaran Etiopia, dan menggarisbawahi bahwa kedua wilayah tersebut sering kali berkonflik. Bahre-Nagassi beberapa kali berperang melawan Etiopia dan Kesultanan Adal. Medri Bahri awalnya merupakan bagian dari perlawanan Kristen terhadap Imam Ahmad ibn Ibrahim al-Ghazi dari Adal, tetapi belakangan bergabung dengan negara-negara Adal dan Kesultanan Utsmaniyah dalam perang melawan Etiopia pada tahun 1572. Abad ke-16 juga merupakan masa ketika Utsmaniyah datang.[5] Pada tahun 1517, Utsmaniyah telah berhasil menaklukan Medri Bahri. Mereka menduduki seluruh Eritrea timur laut selama dua dasawarsa, dengan wilayah yang membentang dari Massawa hingga Swakin di Sudan.[5]
Wilayah ini menjadi provinsi atau eyalet Utsmaniyah yang disebut Eyalet Habesh. Massawa merupakan ibu kota pertama provinsi ini. Saat kota tersebut menjadi kota terpenting kedua secara ekonomi, ibu kota administratif dipindah ke seberang Laut Merah di Jeddah. Ibu kota eyalet tetap berada di situ dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-19, walaupun Medina pernah menjadi ibu kota sementara pada abad ke-18.[6]
Utsmaniyah pada akhirnya diusir pada akhir abad ke-16. Namun, mereka tetap mengendalikan daerah pesisir hingga pendirian Eritrea Italia pada akhir abad ke-19.[5]
^Taddesse Tamrat, Church and State in Ethiopia (1270–1527) (Oxford: Clarendon Press, 1972), hlm.74.
^Daniel Kendie, The Five Dimensions of the Eritrean Conflict 1941–2004: Deciphering the Geo-Political Puzzle. United States of America: Signature Book Printing, Inc., 2005, pp.17-8.
^Mikael Hasama Raka, Future Life and Occult Beings 1984, hlm. 3.