Matines de Bruges (bahasa Flandria: Brugse Metten) adalah peristiwa pembantaian orang Prancis yang terjadi pada malam tanggal 18 Mei 1302 di kota Brugge. Pembantaian ini dilancarkan oleh anggota milisi Flandria. Istilah "Matines" sendiri merupakan nama sebuah liturgi monastik, dan cara penamaan peristiwa ini mirip dengan penamaan peristiwa Vespiri Sisilia pada tahun 1282.[1] Pemberontakan ini berujung pada Pertempuran Courtrai yang berhasil dimenangkan oleh milisi Flandria pada tanggal 11 Juli 1302.
Latar belakang
Brugge memiliki hak eksklusif untuk mengimpor bulu wol dari Inggris. Perdagangan ini dikuasai oleh kelompok bourgeois, tetapi saat Raja Edward I dari Inggris mulai berdagang langsung dengan konsumen, keuntungan mereka menyusut. Para pedagang dan agen politik mereka (para aldermen) meminta kepada Raja Philippe IV dari Prancis untuk mempertahankan monopoli mereka. Untuk itu, ia mengirim pasukan Prancis ke kota Brugge, tetapi tindakan ini dibenci oleh rakyat Flandria di Brugge.[2]
Peristiwa
Pada malam tanggal 18 Mei 1302, para pemberontak yang dipimpin oleh Pieter de Coninck dan Jan Breydel memasuki rumah-rumah garnisun Prancis. Menurut tradisi, untuk membedakan orang Prancis dari penduduk asli, mereka meminta korban untuk mengulangi kalimat "schild en vriend", yang berarti "perisai dan teman", tetapi penutur bahasa Prancis sulit melafalkan kalimat ini. Menurut versi lain, kalimat yang digunakan adalah "des gilden vriend", yaitu "teman asosiasi". Diperkirakan 2.000 orang tewas pada malam berdarah ini.[3] Gubernur Jacques de Châtillon sendiri berhasil lolos dari kejaran para pembantai.
Setelah peristiwa ini, Jan Breydel dan Pieter de Coninck diakui sebagai pemimpin pemberontakan. Patung mereka telah menghiasi pasar di Brugge semenjak tahun 1887 (atas prakarsa Julius Sabbe).