Masjid Larabanga adalah masjid yang terletak di desa Larabanga, Ghana. Masjid ini merupakan masjid tertua di Ghana, dan di sebagian wilayah Afrika Barat. Masjid Larabanga juga populer dengan sebutan 'Mekah Afrika Barat', karena nilai historis dan arsitekturnya yang kaya.[1][2] Masjid ini telah mengalami restorasi beberapa kali sejak pertama kali didirikan. Masjid Larabanga dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia pada tahun 2001, dan sekarang terdaftar dalam “100 Situs Paling Terancam Punah” dari World Monuments Fund (WMF).[3][4]
Sejarah
Masjid Larabanga terletak di kota kecil yang mayoritas penduduknya Muslim, bernama Larabanga, dekat Damongo di DistrikGonja Barat, wilayah utara. Tepat di sebelah pintu masuk masjid ada sebuah pohon baobab besar, di mana jenazah Ayuba dimakamkan, seseorang yang dipercayai masyarakat sekitar sebagai pendiri masjid tersebut.[3] Di Masjid Larabanga juga terdapat Alquran yang sangat tua, yang menurut cerita yang beredar telah dikirim dari surga kepada seorang imam bernama Bramah, sekitar tahun 1650, setelah ia berdoa keras untuk mendapatkan Alquran.[5] Ada beberapa kontroversi mengenai kapan tepatnya masjid itu dibangun, dan siapa yang membangunnya. Beberapa versi yang beredar luas di masyarakat, diantaranya:
Ayuba
Menurut legenda, Ayuba, seorang pedagang, bepergian melintasi Sahara pada tahun 1421. Ada sebuah cerita, ketika ia menghabiskan malam dan tidur di desa Larabanga, ia memiliki mimpi di mana, diperintahkan untuk membangun sebuah masjid. Saat Ayuba bangun keesokan paginya, fondasi masjid telah muncul secara misterius, lalu ia melanjutkan pembangunannya sampai masjid selesai.[3]
Braimah
Legenda lain menceritakan bahwa setelah perang pada akhir 1600-an, Braimah melemparkan tombak dan memutuskan bahwa ia akan menetap di mana pun tombak itu mendarat. Setelah tombak tersebut melayang di udara, dan akhirnya mendarat di tempat tinggi yang tampak cerah secara tidak wajar. Di sanalah ia membangun masjid dan rumahnya, lalu Braimah menamai daerah tersebut "Larabanga" yang berarti "Tanah Arab."[6]
Arsitektur
Secara arsitektur, masjid-masjid kuno bergaya Sudan-Sahel, yang juga dapat ditemukan di Burkina Faso dan Pantai Gading. Gaya ini dicirikan oleh perpaduan antara konstruksi vernakular dengan aturan arsitektur yang harus ditaati ketika membangun masjid. Dua gaya utama masjid adalah gaya Sudan dan Gaya Djenne.[1]
Masjid Larabanga berukuran sekitar 8 m x 8 m, dan awalnya dibangun dengan lumpur dan alang-alang. Masjid ini memiliki dua menara dalam bentuk piramidal, satu untuk mihrab yang menghadap ke Mekah membentuk fasad di timur dan yang lainnya sebagai menara di sudut timur laut. Selain itu, 12 penopang berbentuk kerucut pada dinding eksternal diperkuat oleh elemen kayu yang selaras secara horizontal, dikenal dengan gaya “flat-footed adobe architecture”. Semua struktur tadi diwarnai putih[4]
Gaya struktur abad ketujuh belas masjid ini juga sangat dipengaruhi oleh gaya arsitektur Sudan barat, ditandai dengan penggunaan kayu horisontal, menara piramidal, penopang, dan perforasi segitiga di atas portal masuk masjid.[6]
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat disekitar masjid tersebut membangun sebuah bangunan batu bata, tepat di sebelah masjid untuk menyediakan ruang bagi para wanita untuk sholat terpisah.[3]