Masjid Agung Sana'a (bahasa Arab: الجامع الكبير بصنعاء, al-Jāmiʿ al-Kabīr bi-Ṣanʿāʾ) adalah sebuah masjid kuno di Sana'a, Yaman dan salah satu masjid tertua di dunia.[1] Masjid ini konon didirikan pada masa awal Islam, diperkirakan didirikan pada tahun 633.[2][3][4][5] Meskipun tanggal pasti pembangunannya tidak diketahui, renovasi paling awal tercatat terjadi di bawah kepemimpinan Khalifah al-Walid I pada awal abad ke-8, yang menyiratkan kemungkinan tanggal pembangunan lebih awal.[4] Masjid ini dilaporkan dibangun sebagian dari spolia dari Istana Ghumdan era Himyar dan dari Gereja Kristen Al-Qalis dari Kekaisaran Aksum yang sebelumnya menempati situs tersebut.[1][4] Masjid Agung adalah masjid terbesar dan paling terkenal dari lebih dari seratus masjid di Kota Tua Sana'a.[3]
Bangunan ini telah mengalami renovasi pada abad ke-8, abad ke-13, dan pada masa Ottoman.[1] Penemuan arkeologi yang penting adalah manuskrip Sana'a, yang ditemukan di sana selama restorasi pada tahun 1972. Saat ini, Masjid Agung Sana'a adalah bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO Kota Tua Sana'a.[5]
Lokasi
Kota Sana'a adalah pusat militer Kerajaan Saba pra-Islam dan merupakan pusat penting bagi Kerajaan Himyar.[3] Masjid ini, ditugaskan oleh Muhammad, yang memerintahkan pembangunannya di dalam taman gubernur Persia,[6] dibangun di atas reruntuhan Istana Ghumdan Sheba,[1] di antara dua wilayah Sana'a pada saat itu: al- Qati dan al-Sirar.[7] Masjid Agung dibangun di dekat suq, yang sudah ada pada saat pembangunannya.[6]
Pada tahun-tahun berikutnya, perencanaan, perluasan dan orientasi kota sangat dipengaruhi oleh pembangunan Masjid Agung dan dua masjid lainnya di sisi utara kota.[7]
Sejarah
Sekitar tahun 630 M (6 Hijriyah), menurut sumber-sumber Islam awal, Muhammad konon memerintahkan pembangunan Masjid Agung Sana'a,[5][4][8] dan masjid ini dikenal sebagai masjid pertama yang telah dibangun di luar kota suci Islam Mekah dan Madinah.[5] Pada periode pasca-Hijrah (622-632 M), Sana'a berperan penting dalam penyebaran agama Islam. Banyak temuan arkeologis yang ditemukan di Masjid Agung memperkuat argumen bahwa pembangunannya dilakukan pada masa Muhammad masih hidup, termasuk sejumlah spolia dari Katedral Axumite serta dari Istana Ghumdan Himyarite.[4] Selama abad ke-7, sisa-sisa Sana'a pra-Islam sebagian besar dihancurkan[5]ketika kota tersebut menjadi pusat penyebaran agama Islam pada tahun-tahun awal Hijrah. Hal ini dibuktikan dengan sisa-sisa arsitektur bangunan pra-Islam yang ditemukan di dalam Masjid Agung.[5]
Dari tahun 705 hingga 715 (86–96 H), khalifah Bani Umayyah al-Walid I memperluas masjid. Terdapat sebuah prasasti yang ditemukan di halaman masjid bertanggal 753 M, atau pada periode Abbasiyah.[4][9]
Pada tahun 876/7 M, banjir sebanyak dua kali menyebabkan kerusakan parah pada masjid, setelah itu masjid tersebut direnovasi total.[4][9]
Pada awal abad ke-9, sebuah menara dibangun di sisi timur. Pada tahun 911 M, Karmatis menyerbu kota, merusak masjid.[4]
Pada abad ke-12, 1130 M, Ratu Isma`ili Arwa al-Sulayhi merestorasi sebagian besar masjid. Dia bertanggung jawab atas pahatan langit-langit sayap timur, barat, dan utara masjid. Menara barat masjid dibangun sebagai bagian dari restorasi ini.
Pada awal abad ke-16, masjid ini direnovasi dengan struktur berbentuk kubah persegi dan halamannya diaspal.[4]
Penemuan
Pada tahun 1972–73, saat membuka plester dalam kegiatan renovasi, para arkeolog menemukan sekitar 65 artefak, termasuk sejumlah besar manuskrip tua dan perkamen, serta manuskrip Sana'a, yang ditemukan oleh pekerja konstruksi saat merenovasi dinding loteng.[9] Empat ribu manuskrip Arab langka juga ditemukan yang terkait dengan awal mula Islam, periode Umayyah, dan Istana GhamdanKerajaan Saba serta kehancurannya.[1] Salah satu Alquran yang ditemukan di sini konon ditulis atau disusun oleh Imam Ali, yang disimpan oleh perpustakaan masjid.[1] Penjilidan buku awal yang ditemukan di masjid telah didokumentasikan dengan baik oleh para ilmuwan seperti Ursula Dreibholz[10] (1997).
Temuan arkeologis lainnya di Masjid Agung adalah sisa-sisa kubah dan bangunan tua yang terhubung dengan ibu kota ketika di dalamnya masih terdapat Gereja Axumite al-Qalis, yang digali pada tahun 2006.[1][4]
Kelestarian
Masjid Agung Sana'a masuk dalam Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO yang ditetapkan pada tahun 1986 sebagai daftar no. 345, di bawah Kriteria: (iv)(v)(vi), yang mencakup 103 masjid, 14 hammam dan lebih dari 6.000 rumah Sana'a, semuanya dibangun sebelum abad kesebelas.[5] Pelestarian Masjid Agung yang memiliki nilai religius dan sejarah yang luar biasa ini didukung oleh Institut Pelatihan dan Penelitian Warisan Dunia UNESCO-Asia dan Pasifik (Shanghai). Analisis kerusakan yang dialami masjid selama beberapa abad antara lain bukti adanya banjir, hujan, penurunan permukaan tanah, kabel dan sambungan listrik yang sudah tua, rembesan air tanah, vandalisme dan peperangan, serta lemahnya bangunan tua yang bersebelahan dengan masjid.[1]
Perbaikan dan pemeliharaan yang dimulai pada tahun 2003 terus dilakukan secara bertahap, seperti renovasi sistem kelistrikan. Plesteran telah dilakukan ulang, termasuk restorasi plester tradisional lama yang disebut qudad. Paving telah diperbaiki dan menara sedang dipulihkan. Perbaikan telah dilakukan di tempat wudhu dan toilet modern ditambahkan. Perbaikan lain telah dilakukan pada sistem pasokan air dan saluran pembuangan, serta penghapusan bangunan tua yang tidak sesuai dengan ciri sejarah dan arsitektur masjid.[1]
^al-Mad'aj, 'Abd al-Muhsin (1994). New Arabian Studies Volume 1. University of Exeter Press. hlm. 175–188. ISBN9780859894081.
^ abcSmith, G.R., “Ṣanʿāʾ”, in: Encyclopaedia of Islam, Second Edition, Edited by: P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Consulted online on 08 December 2020 DOI:10.1163/1573-3912_islam_COM_0998First published online: 2012
First print edition: ISBN9789004161214, 1960-2007
Lewcock, Ronald; Smith, G. Rex; Serjeant, R.B.; Costa, Paolo (1983). "The Architectural History and Description of the Ṣanʿāʾ Mosques: The Great Mosque". Dalam Serjeant, R.B.; Lewcock, Ronald. Ṣanʻāʼ: an Arabian Islamic city (dalam bahasa Inggris). World of Islam Festival Trust. hlm. 323–350. ISBN978-0-905035-04-8.
Finster, Barbara, "Die Freitagsmoschee von Ṣan‘ā’," Baghdader Mitteilungen 9 (1978), p. 92-133; 10 (1979), p. 179-192.
Finster, Barbara. "Die Grosse Moschee von Ṣan‘ā," Archäologische Berichte aus dem Yemen 1, 1982, p. 197-211, 3, 1986, p. 185-193.
Finster, Barbara. "Survey islamischer Bau- und Kunstdenkmäler im Yemen - Die Große Moschee von Ṣan‘ā'", Archäologische Berichte aus dem Yemen, III, 1986 (1987), 185–193.
Costa, Paolo. “La Moschea Grande di San’a,” Annali. Instituto Orientale di Napoli 34 (N.S. 24) (1974), pp/ 487–506.
Costa, Paolo. Studies in Arabian Architecture, London: Routledge, 1994, chapter II "The Great Mosque of Sanaa."