Maria Deraismes
KarierMaria memulai pekerjaannya sebagai pembuat sketsa drama. Ia menerbitkan karya pertamanya pada tahun 1861.[4] Pada tahun 1866, Maria menjadi orator dalam konferensi Grand Orient de France yang diselenggarakan di Paris. Konferensi ini membahas tentang pelanggaran-pelanggaran atas hak wanita.[5] Setelahnya, Maria mulai menulis dan menjadi pembicara masalah-masalah sastra dan filsafat.[3] Sejak tahun 1869, ia menuliskan ide-idenya tentang hak-hak wanita dalam surat kabar Droit des femmes dan Républicain de Seine-et-Oise. Mari menyampaikan idenya tentang kesetaraan antara wanita dan laki-laki . Kesetaraan ini antara lain terhadap hak properti, hak bekerja dengan upah yang layak, hak menuntut perceraian, hak memeroleh pendidikan dan hak keamanan seksual. Pada tahun 1870, ia mendirikan l'Association pour le Droit des femmes. Tujuannya untuk menuntut perubahan budaya, hukum dan penentuan upah kerja.[5] Pada tahun 1878, Maria kembali mengikuti kongres wanita bernama French Women's Congress. Pada tahun 1881, Maria memimpin kongres bernama Anti-Clerical Congress di Paris.[4] Rancangan undang-undang tentang pemisahan gereja dan negara menjadi slaah satu hasil keputusan dari kongres ini.[2] Kemudian pada tahun 1882, Maria mendirikan Société pour l'amélioration du sort de la femme. Sebuah kelompok freemason bernama Le Droit Humain didirikannya pada awal tahun 1894.[5] Pada tanggal 6 Februari, Maria wafat di Paris dan dimakamkan di pemakaman Montmartre.[2] PendidikanKeluarga Maria adalah pedagang kaya. Orang tuanya adalah pendukung paham republik liberal yang digagas oleh Voltaire. Keluarganya tidak meyakini agama, tetapi meyakini bahwa perempuan dan laki-laki pmemiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Maria mengikuti pendidikan klasik terutama seni, sastra, sejarah dan filsafat. Selain itu, ia mempelajari kebudayaan Eropa maupun Asia.[3] PemikiranMaria adalah tokoh freemason yang menganut paham rasionalisme.[4] Selain itu, ia adalah seorang liberal yang menentang paham sosialisme, marxisme, komunisme, dan menolak Komune Paris. Ia menolak paham keagamaan yang memperburuk nasib wanita. Maria bergabung dengan La Libre Pensée yang berpaham bahwa tidak ada pemisahan antara hak-hak perempuan dan antiklerikalisme.[2] Ia juga meyakini bahwa kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki disertai dengan suatu kemampuan bawaan yang memilki kualitas tinggi. Maria meyakini bahwa perempuan lebih bermoral dan lebih berbudi luhur dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, ia meyakini bahwa perempuan memiliki rasa pengabdian dan kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Namun dalam lingkup mengurus keluarga dan anak-anak, ia meyakini kesetaraan antara laki-laki dan perempuan tidak dapat diterapkan. Maria juga meyakini bahwa tindakan politik yang tepat sasaran hanya mampu diperoleh melalui pemungutan suara.[3] PengaruhMaria mempengaruhi perpolitikan Prancis dengan memulai gerakan perempuan. Ia memulai perubahan pada pendidikan terkhusus dalam bidang filsafat. Selain itu, ia memberikan pandangan tentang pentingnya pendidikan wanita dan kesetaraan dalam kehidupan. Ia juga memberikan pengaruh terhadap pentingnya penggunaan rasionalitas, kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan keluarga termasuk pemenuhan seksual bagi perempuan.[3] Maria juga memberikan pengaruh terhadap keutuhan Republik Ketiga Prancis setelah keruntuhan gerakan Boulanger pada tahun 1889. Ia menggunakan ide-idenya untuk menentang partai-partai yang berbeda paham dengan republik dan mengamankan posisi penting dalam pemerintahan. Maria juga mempengaruhi reformasi pendidikan bagi perempuan yang dimulai pada tahun 1880. Selain itu, ia turut mempengaruhi kebijakan hukum, antara lain penetapan undang-undang perceraian pada tahun 1884 dan penetapan pengacara dalam kamar dagang pada tahun 1894. Ia juga menjadi perintis berbagai paham liberalisme dan kebijakan khusus untuk ibu dan anak seperti anti-pembedahan, perlindungan masyarakat dan pemenuhan kebutuhan hidup untuk ibu dan anak.[3] Referensi
|