Mansoer MalikDr. Mansoer Malik gelar Datuak Sigoto[1] (21 Januari 1934 – 3 Juni 2003)[2][3] adalah seorang akademisi Indonesia yang pernah menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol Padang periode 1992–1997.[4] Mansoer Malik diberi gelar Dt. Sigoto dari suku Mandailing (Minang). Latar belakangMansoer Malik dilahirkan pada 21 Januari 1936.[5] Ayah Mansoer bernama Abdul Malik bin Hasan dan ibunya bernama Arruhani. Abdul Malik ayah Mansoer Malik dikenal sebagai seorang guru mengaji di surau dan ulama di Batuhampar. Dia ahli Qira'at as-Sab'ah, murid-muridnya berdatangan dari berbagai daerah seperti dari Lasi Bukittinggi, Piobang, Sungai Beringin, Batu Balang Payakumbuh, Quntu, Tanjung Balik, Riau, dan lain-lain. Abdul Malik bin Hasan belajar di Mekkah mengikuti jejak kakaknya Angku Luong yang telah lebih dahulu belajar di Mekkah dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Hanya saja setelah 4 tahun belajar di Mekkah disuruh pulang oleh orang tuanya karena ia merupakan anak bungsu.[6] Abdul Malik meninggal pada 1956 sedangkan Arruhani meninggal saat Mansoer berusia tiga atau empat tahun.[5] Mansoer menamatkan sekolah dasar dalam waktu lima tahun pada 1947 dan sekolah menengah pertama selama dua tahun pada 1951 di Payakumbuh. Ketika mendaftar Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) Bukittinggi, ia mengubah tahun lahirnya menjadi 1934 agar memenuhi syarat pendaftaran. Ia selalu meraih peringkat 1 kecuali satu kuartal dan menamatkan pendidikan SGHA pada 1956.[5] KarierMansoer memulai karier menjadi guru di Sekolah Guru B (SGB) Painan, Sekolah Menengah Ekonomi Pertama, dan Pendidikan Guru Agama (PGA). Setelah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia berakhir, ia mengajar di SMA Negeri 2 Bukittinggi pada 1962. Ia mendapatkan kesempatan tugas belajar di Jurusan Tafsir Hadits Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang dan meraih gelar Sarjana pada 1972 dengan tesis berjudul "Dinamika Al-Qur'an". Selama menjadi mahasiswa, ia menjabat Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Imam Bonjol selama tiga tahun.[5] Mansoer selanjutnya mengajar sebentar di PGA Negeri Padang dan lalu diangkat menjadi dosen IAIN Imam Bonjol. Ia kembali mendapatkan tugas belajar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar Doktor pada 1989 dengan disertasi berjudul "Metode Penalaran Ilmiyah dalam Al-Qur'an".[5] Ia menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Barat sejak 2000 hingga wafat pada tahun 2003.[7] Salah seorang anaknya, Ahmad Aufa, meninggal dunia dalam kecelakaan di Sumatera Selatan pada 1995.[8][butuh rujukan] Referensi
|