Mandor Dul Salam adalah sebuah Cerita Rakyat Jakarta.[1] Tentang seorang pemuda bernama Dul Salam yang memiliki panggilan Mandor Dul Salam. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama pijah, sementara kedua orang tuanya sudah lama meninggal dunia, sehingga kebutuhan sehari hari Mandor Dul Salam sangat terbatas. Karena mudah tak betah dalam suatu hal, Dul Salam selalu berganti pekerjaan, oleh karena itu dia mendapat gelar Mandor. Karena sudah bosan menjadi orang suruhan, Dul Salam akhirnya terjun ke Dunia perjudian, karena malas dan tak memiliki pekerjaan dia menggunakan judi dan dadu sebagai sumber penghidupanya serta adiknya.
Suatu hari ketika Dul Salam pergi untuk berjudi, datang seorang pemuda bernama Ismail, Ismail ternyata adalah seorang pemuda berasal dari Padalarang yang memiliki sifat jahat, senang menggangu wanita, serta suka memeras penduduk dan pedagang disekitar. Setelah bertemu dengan Dul Salam, dan meilihat adiknya Pijah, Ismail langsung tertarik untuk mengawini Pijah, setelah memberi tahu Dul Salam dan adiknya, Ismail memberikan waktu seminggu untuk Pijah agar bisa memberikan jawabannya.
Waktu yang ditentukan sudah tiba, Pijah ternyata menolak pinangan dari Ismail, karena tidak terima jawaban dari Pijah, Ismailpun marah dan mengancam akan memperkosa Pijah. Mendengar ancaman tersebut Dul Salam pun ikut marah dan terjadilah perkelahian antara Dul Salam dengan Ismail, perkelahian itu pun berakhir dengan kekalahan dari Ismail yang akhirnya meninggal ditangan Dul Salam. Karna dihantui rasa bersalah dan takut, Dul Salam pun mencoba melarikan diri dari tangkapan polisi, Tetapi polisi berhasil menangkap Dul Salam. Setelah tertangkap polisi, Dul Salam mencoba memberikan penjelasan kepada pengadilan mengapa dia membunuh Ismail, namun hakim pengadilan tetap menjatuhkan hukuman untuk Dul Salam yaitu hukuman penjara selama 10 tahun.
Referensi
- ^ Yayasan Untuk Indonesia; Jakarta Raya (Indonesia), ed. (2005). Ensiklopedi Jakarta: culture & heritage = budaya & warisan sejarah. Jakarta: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. ISBN 978-979-8682-49-0.