Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam Shah (bertahta 1858-1873) adalah Sultan Kesultanan Deli yang ke-8. Ia adalah putra sulung Sultan Osman Perkasa Alam Shah. Ia diangkat menjadi sultan untuk menggantikan ayahandanya. Sultan Mahmud diangkat menjadi Sultan pada tahun 1858 atau pada 4 Rabiul Awal 1275 H.
Keluarga
Sultan Mahmud Pekasa Alam memiliki tiga orang putra dan puteri. Putranya bernama Tengku Ma’mun Al-Rasyid, dan putri-puterinya bernama Tengku Fatimah dan Tengku Zubaidah. Mamun puteri-puteri tersebut meninggal dalam usia muda.
Saat Sultan Mahmud diangkat sebagai sultan, adindanya yaitu Tengku Sulaiman dilantik menjadi raja muda dengan gelar Raja Muda Negeri Deli, dan Tengku Sulung Laut diberi gelar Tengku Pangeran Negeri Bedagai Wajir Negeri Deli. Sedangkan adindanya Tengku Abdul Rahman pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al-Rasyid berkuasa dianugrahi gelar Tengku Temenggung Negeri Deli, dan Tengku Ja’far Al Haj dikaruniai gelar Pangeran Bendahara Negeri Deli.
Pemerintahan
Sultan Mahmud Perkasa Alam inilah yang membuat perjanjian dengan pemerintah Belanda yang dinamai Acte van Verband, yang ditandatangani dan dipatri cap mohornya pada 22 Agustus 1862. Selama lima belas tahun memerintah, Sultan Mahmud menjalin kerja sama dengan pihak asing (Belanda, Belgia, Polandia, Inggris, dll.) yang ditandai dengan kerja sama pembukaan lahan perkebunan tembakau di kerajaan Deli.
Diawali oleh seorang pengusaha tembakau bernama Jakobus Nienhuys, kerja sama dalam usaha-usaha perkebunan tembakau ia tanda-tangani. Salah satu kontrak terbesar diberikannya kepada Deli Maatschapij pada tanggal 22 Agustus 1862, yang wilayahnya terletak di daerah Mabar sampai Deli Tua dan dikenal dengan nama Mabar Deli Tua kontrak. Daerah Deli kemudian menjadi makmur dan ramai dikunjungi oleh berbagai bangsa.
Sultan Mahmud dapat dianggap sebagai perintis perkebunan tembakau di wilayah Hindia Belanda. Saat ini, sebagian areal dari perusahan Perkebunan Nusantara II adalah bekas perkebunan yang dirintis pada masa Sultan Mahmud Perkasa Alam.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Mahmud membangun sebuah istana yang dinamakan Istana Kota Batu, tepatnya di depan Mesjid Raya Al-Osmani Labuhan Deli.
Wafat
Sultan Mahmud mangkat pada tahun 1873 dalam usia 44 tahun, dan dimakamkan di lingkungan Mesjid Raya Al-Osmani di Labuhan Deli, dan diberi gelar Marhum Kota Batu.