Magdalena Son So-byog (1802-1840) adalah seorang martir Katolik Korea serta istri dari martir Petrus Choe Chang-hub. Dia lahir di Seoul. Karena ayahnya diasingkan demi imannya dan ibunya meninggal muda, Magdalena tinggal dengan neneknya. Situasi keluarga yang miskin membuat dirinya pemalu dan menjauhkan diri dari umat Katolik lainnya, sehingga dia terlambat dalam mempelajari agama Katolik.
Ketika dia berusia 17 tahun, dia menikah dengan Petrus Choe yang menjadi martir sebelum dia. Dia melahirkan sebelas anak, namun sembilan di antaranya meninggal ketika masih bayi. Dia memiliki karakter yang ramah dan tata bahasa yang halus, dan dia terkenal akan bakatnya yang luar biasa dalam menjahit dan menyulam.
Selama penganiayaan tahun 1839, dia bersembunyi dengan kerabatnya, namun akhirnya dia ditangkap. Magdalena diinterogasi sebanyak tujuh kali, tubuhnya dipelintir sebanyak tiga kali, dan dia dipukuli dengan gada sebanyak 260 kali. Dagingnya terkoyak dan darahnya begitu banyak mengucur, namun dia bersyukur kepada Allah karena telah memberi kekuatan kepadanya untuk menanggung semua rasa sakit.
Magdalena membawa anak perempuan yang masih berusia dua tahun ke penjara yang gelap dan pengap. Di sana tidak ada makanan yang cukup, sehingga Magdalena mengirimkan anaknya ke salah satu kerabatnya, karena dia berpikir bahwa anaknya mungkin melemahkan niatnya untuk menjadi martir.
Berdasarkan laporan pemerintahan (Catatan Seungjeongwon), akhirnya Magdalena dibawa ke Tangkogae di dekat Seoul dan bersama dengan lima orang Katolik lainnya dia dipenggal di sana pada tanggal 31 Januari 1840, pada usia 39 tahun.[1]
Referensi