Lukisan Enam Raja
Lukisan Enam Raja adalah lukisan dinding yang ditemukan di Qasr Amra, sebuah kastel padang pasir milik Banu Umayyah yang kini terletak di Yordania. Lukisan ini berbentuk fresko dan menggambarkan enam penguasa yang berdiri dalam dua barisan.[2][3] Empat dari enam penguasa ini memiliki label yang masih terbaca, menandai mereka sebagai Kaisar Romawi Timur, Raja Roderikus dari Hispania, Kaisar Persia Sasaniyah, serta Najasyi atau Raja Aksum.[4][3][5] Lukisan ini kini rusak parah. Diperkirakan, lukisan ini berasal dari sekitar tahun 710–750 M,[1] dan dilukis atas perintah salah satu khalifah Umayyah atau anggota keluarganya.[6] Lukisan ini adalah salah satu lukisan terkenal dari banyak lukisan yang ditemukan di Qasr Amra.[7] Lokasi dan sejarahLukisan ini terletak di Qasr Amra (kadang juga ditulis Qusair Amra, "istana kecil Amra"), sebuah kompleks bangunan padang pasir peninggalan Kekhalifahan Umayyah yang juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.[9] Situs ini terletak 85 kilometer di timur Amman dan 21 kilometer di barat daya Cagar Alam Tanah Basah Azraq, Yordania.[8] Kompleks ini memiliki banyak lukisan dinding.[8] Lokasinya yang jauh dari pusat pemerintahan dan ukurannya yang besar menunjukkan bahwa situs ini dulunya merupakan tempat wisata padang pasir para penguasa Umayyah.[3] Lukisan ini terletak di ujung selatan dari dinding barat bangunan.[7][3] Menurut perkiraan sejarawan Elizabeth Drayson, tahun paling awal yang mungkin untuk lukisan ini adalah tahun 710, karena Roderikus (salah satu raja yang digambarkan) baru naik takhta pada tahun tersebut. Kemungkinan paling akhir adalah tahun 750, saat Dinasti Umayyah digulingkan oleh Dinasti Abbasiyah (Revolusi Abbasiyah).[1] Pelukisnya tidak diketahui. Diperkirakan lukisan ini dibuat atas perintah salah satu khalifah yang berkuasa saat itu: al-Walid I (berkuasa 705–715), al-Walid II (743–744) atau Yazid III (744).[10] Bisa jadi lukisan tersebut dibuat ketika salah satu dari mereka menjabat sebagai khalifah, atau sebelum itu ketika mereka masih menjadi anggota keluarga kerajaan dan menjabat sebagai wali negeri atau putra mahkota.[10] Kompleks bangunan Qasr Amra telah lama diketahui orang-orang Badui setempat, tetapi baru diketahui oleh akademisi Barat ketika dikunjungi oleh sarjana Barat Alois Musil tahun 1898.[8] Ia pertama kali menginjakkan kakinya di sana dan melihat lukisan-lukisan di dalamnya pada 8 Juni 1898 dengan panduan orang-orang Badui.[11] Musil dan rekannya, pelukis Austria Alphons Leopold Mielich mencoba memindahkan Lukisan Enam Raja ini, yang berakibat lukisan tersebut rusak permanen.[2] Pecahan lukisan ini, yang mencakup sebagian label dan mahkota tokoh-tokoh yang digambarkan, sekarang berada di Museum für Islamische Kunst (Museum Kesenian Islam) di Berlin.[12][13][14] Musil menerbitkan laporan perjalanannya dengan judul Kusejr Amra pada tahun 1907.[15] Laporan ini juga membahas tentang Lukisan Enam Raja, termasuk memuat jiplakan yang dibuat Mielich, salinan interpretatif oleh Mielich yang dibuat di lokasi, maupun reka ulang dan deskripsi tertulis yang dibuat Mielich di kemudian hari.[12][16] Dalam laporan ini terdapat pengamatan dari Musil dan Mielich sebelum terjadi kerusakan pada lukisan.[3][17] DeskripsiLukisan ini berada dalam kondisi rusak parah, salah satunya karena upaya Alois Musil untuk memindahkannya.[2] Tubuh dan pakaian para tokoh yang digambarkan banyak yang tidak kelihatan jelas. Ada enam tokoh raja atau penguasa yang digambarkan, semuanya berdiri dalam dua baris yang masing-masing terdiri dari tiga orang.[2][3] Setiap raja mengulurkan kedua tangannya ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas. Dari keenam tokoh, empat di antaranya memiliki label yang masih terlihat di atas kepalanya. Label-label ini ditulis dalam bahasa Yunani dan Arab, dengan tulisan putih berlatar biru.[13] Tokoh-tokoh ini, sesuai nama yang tertulis, adalah:[4][3]
Label-label nama ini sudah dalam kondisi rentan ketika ditemukan oleh Musil, dan banyak yang hancur karena Musil dan Mielich berusaha membersihkan lukisan ini dan memindahkannya.[13] Namun, dalam laporan yang diterbitkan Musil pada 1907 terdapat penggambaran ulang label-label ini yang didasarkan pada pengamatan sebelum terjadinya kerusakan.[17] Selain empat tokoh di atas, tidak ada nama yang masih terlihat untuk dua tokoh yang tersisa. Para sarjana mengajukan berbagai spekulasi untuk identitas dua tokoh tersebut, di antaranya Kaisar Tiongkok,[4] seorang pemimpin bangsa Turki,[4] atau seorang penguasa India.[3] Disamping lukisan yang memiliki enam raja ini, pada dinding yang sama, terdapat lukisan seorang wanita dengan kata berbahasa Yunani ΝΙΚΗ (Nikē, "Kemenangan" atau "Dewi Kemenangan") dia atasnya.[10][19] Di seberang lukisan ini, atau di arah keenam raja menghadap, terdapat lukisan seorang pria yang duduk di atas takhtanya. Di atas gambar pria ini terdapat tulisan Arab berisi doa untuk seseorang, namun nama orang yang didoakan sudah tidak terbaca lagi.[19] PenafsiranTujuan dan arti lukisan ini tidak diketahui dengan pasti, dan diperdebatkan para pakar.[20] Pendapat pakar sangat beragam, di antaranya karena banyaknya informasi yang hilang akibat kerusakan lukisan.[3] Menurut konsultan seni rupa Islam Patricia Baker, adanya kata bahasa Yunani "kemenangan" di dekat lukisan ini menunjukkan bahwa gambar ini agaknya melambangkan keunggulan sang khalifah pemilik bangunan dibanding musuh-musuhnya.[10] Betsy Williams dari Metropolitan Museum of Art New York berpendapat bahwa enam tokoh di lukisan ini digambarkan dalam isyarat memohon, yang diartikan sebagai isyarat memohon kepada sang khalifah yang duduk di tengah ruangan.[4] Sarjana lainnya, seperti epigrafis Max van Berchem dan sejarawan arsitektur K. A. C. Creswell, berpendapat bahwa keenam tokoh yang digambarkan melambangkan musuh-musuh Islam yang telah dikalahkan.[20] Pakar studi Iran dan arkeologi Ernst Herzfeld berpendapat bahwa lukisan ini adalah versi baru atau salinan dinasti Umayyah terhadap lukisan "Raja-Raja di Bumi" yang dimiliki dinasti Sasaniyah, yang menurut ensiklopedia abad ke-13 Mu'jam al-Buldan berada di Kermansyah.[20] Sejarawan seni rupa Oleg Grabar menafsirkan bahwa lukisan ini bertujuan menyampaikan gagasan bahwa Dinasti Umayyah adalah penerus dari dinasti-dinasti sebelumnya yang telah mereka kalahkan.[1][21] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|