Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Lukat Gni merupakan sebuah prosesi peperangan dengan sarana api di desa Satria, Klungkung. Bahan yang digunakan berupa daun kelapa kering.[1]
Makna
Kata Lukat Gni terdiri dari lukat dan gni. Lukat/malukat berarti pembersihan dari segala kotoran lahir/bathin, dan gni berarti api. Lukat gni dapat diartikan sebagai sebuah tradisi pembersihan atau penyucian mikrokosmos dan makrokosmos dari segala kekotoran atau mala dengan sarana api dan menjaga keseimbangan alam dan manusia, sehingga terjadi keharmonisan dalam pelaksanaan catur berata panyepian.[1][2]
Prosesi
Tradisi lukat gni dilakukan sehari menjelang Nyepi, menggunakan sarana daun kelapa kering yang diikat sebanyak 36 lembar atau dijumlah sembilan. Jumlah ini berarti sembilan penjuru arah mata angin atau Dewata Nawa Sanga sebagai pelindung atau benteng keselamatan.[3]
Selain itu, obor sebanyak 33 buah juga melengkapi pelaksanaan tradisi ini. Jumlah 33 ini sebagai kekuatan yang terbagi sesuai arah mata angin dan warna. Dari arah timur sebanyak lima buah, selatan sembilan buah, barat tujuh buah dan utara empat buah serta posisi tengah sebagai poros utama sebanyak delapan buah.[3]
Seperti di medan perang dengan diiringi blaganjur, pemuda satu per satu saling berhadapan. Senjata mereka merupakan daun kelapa kering, yang sudah dibakar api menggunakan obor yang dibawa oleh pemudi. Setelah keduanya siap, kedua pemuda yang saling berhadapan ini kemudian saling memukulkan punggung lawannya, menggunakan daun kelapa kering yang terbakar.[3]