Lom Plai adalah upacara ritual yang dilakukan oleh suku Dayak Wehea Kalimantan Timur. Upacara ritual ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat suku Dayak Wehea setelah melakukan panen padi. Kegiatan awal dalam lom plai yaitu pemukulan gong yang dilaksanakan di rumah adat (eweang) dan diakhiri dengan upacara embos epaq plai (membuang hampa padi) pada saat terbenamnya matahari, yang mana hal tersebut bermakna untuk membuang sesuatu yang tidak baik dan mendoakan agar selalu mendapatkan perlindungan serta keberlimpahan di panen selanjutnya kepada Long Diang Yung atau Dewi Padi dalam keyakinan masyarakat suku Dayak Wehea.[1]
Ritual kegiatan
Lom Plai sebagai upacara kesenian yang dilakukan oleh para masyarakat suku Dayak Wehea, diantaranya adalah:
Ngesea Egung yaitu pemukulan gong tanda Lom Plai resmi dimulai.
Melhaq Pangsehmei yaitu upacara penghormatan yang ditujukan untuk Long Diang Yung.
Embob Jengea yaitu ritual memasak lemang dan beang bit.
Embos Min yaitu upacara bersih desa, yang bertujuan membuang segala kesialan dan kejahatan yang ada di kampung.
Tari Hudoq dimulai dengan Mekean Hedoq atau menjamu Hudoq, yang bertujuan agar masyarakat dilindungi dari penyakit, diberi kesuburan, berkah dan kebaikan.
Enluai Hedoq atau doa kepada Hedoq yang dinyanyikan supaya Hedoq membawa semangat padi untuk kesuburan tanaman tahun depan.
Upacara Embos Epaq Plai yaitu membuang hampa padi.[2]