Listeria monocytogenes
Listeria monocytogenes, adalah bakteri yang menyebabkan infeksi serius pada bayi, anak-anak, orang lanjut usia dan yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Listeriosis merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Listeria monocytogenesis dengan tingkat kematian yang tinggi, antara 20-30 persen untuk keseluruhan, sedangkan untuk bayi yang baru di lahirkan terdeteksi sekitar 25-30 persen. Seseorang yang terkena bakteri Listeria monocytogenesis akan mengalami gejala umum nyeri pada otot, demam yang disertai mual atau diare, untuk gejala yang di timbulkan ketika telah terinfeksi yaitu sakit kepala yang disertai kaku pada leher, merasa bingung, hilangnya keseimbangan tubuh, dan bisa menimbulkan kejang.[1] KlasifikasiListeria monocytogenes adalah bakteri gram-positif yang memiliki peptidoglikan yang tebal dengan struktur rumit. Lapisan peptidoglikan berfungsi untuk mempertahankan warna ungu pada pewarnaan Gram dan bakteri gram-positif dapat bertahan lama jika mendapatkan gangguan fisik.[2] Bakteri L.monocytogenes berbatang pendek, berbentuk tunggal yang tersusun paralel membentuk rantai pendek atau seperti huruf V dilengkapi adanya flagel yang membuat bakteri tersebut mudah berpindah tempat.[3] Dengan diameter sel berukuran 0,4-0,5 μm dan panjang 0,5-2,0 μm. pertumbuhan bakteri tersebut di dalam media yang di tempati sekitar 24 jam dengan menghasilkan berbagai bentuk sel yang bervariasi. Kultur bakteri yang lebih tua berbentuk filamen dengan panjang 6-20 μm.[4] Bakteri L. monocytogenes ditemukan pada spesies mamalia, hewan peliharaan maupun hewan liar, di tanah, makanan hewan yang terbuat dari daun-daun hijau yang di fermentasikan serta feses ternak. Bertahan hidup di daerah panas, asam, garam dengan suhu 4 C.[5] Bakteri L. monocytogenes bersifat anaerob fakultatif yang dapat bertahan hidup tanpa oksigen (intraseluler). Siklus hidup L.monocytogenes membutuhkan nutrisi untuk melakukan perkembangbiakan dengan baik, serta mengubah sifatnya menjadi patogenik (mengeluarkan toksin atau racun). Toksin yang dikeluarkan itu berupa listeriolisin dan hemolisin yang dapat merusak sel inangnya.[3] SejarahL. monocytogenes pertama kali dijelaskan oleh Everitt George Dunne Murray pada tahun 1924, bahwa bakteri ini ditemukan di tubuh hewan dengan penelitian menggunakan sampel darah kelinci. Sebelumnya nama bakteri ini bukan Listeria monocytogenes, melainkan Bacterium monocytogenes. Penamaan bakteri tersebut berubah menjadi Listeria monocytogenes pada tahun 1940 untuk menghormati Joseph Lister sebagai penemunya.[3] L. monocytogenes awalnya tidak dianggap sebagai penyebab penyakit bawaan makanan hingga tahun 1981, ketika terdapat 41 orang di Kanada terinfeksi setelah memakan kubis yang tercemar kotoran domba dengan L. monocytogenes. Dengan adanya kasus tersebut maka dilakukkan penelitian dengan makanan yang dimakan domba-domba tersebut. Setelah dilakukan penelitian, ternyata terbukti bahwa makanan tersebut telah terkontaminasi oleh L. monocytogenes[1]. Pencegahan
PengobatanPengobatan untuk penyakit listeriosis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukkan perawatan dirumah dengan mengonsumsi antibiotik, menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya untuk penderita ringan. Sedangkan untuk penderita penyakit listeriosis yang berat, maka orang tersebut harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan khusus oleh dokter dengan di infus antibiotik dan pencegahan komplikasi yang ditimbulkan oleh bakteri L. monocytogenes.[6] Referensi
|