Lingkaran kemiskinan adalah fenomena ekonomi[1] di mana individu, keluarga, atau komunitas mengalami kemiskinan secara berulang dan turun-temurun karena keterbatasan akses terhadap sumber daya ekonomi, pendidikan, dan peluang kerja. Konsep ini menjelaskan bagaimana kemiskinan menciptakan kondisi yang memperburuk situasi ekonomi seseorang, sehingga sulit untuk keluar dari jeratan tersebut.[2]
Pengertian
Lingkaran kemiskinan mengacu pada mekanisme yang memerangkap individu atau komunitas dalam situasi kekurangan secara sistemik[3]. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Gunnar Myrdal, seorang ekonom Swedia, yang menjelaskan bahwa kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor internal seperti produktivitas, tetapi juga oleh pengaruh eksternal seperti kebijakan pemerintah, kondisi pasar, dan norma sosial.
Penyebab Lingkaran Kemiskinan[4]
- Kurangnya Akses Pendidikan: Pendidikan yang rendah mengurangi peluang mendapatkan pekerjaan yang layak, yang kemudian memperburuk kemampuan ekonomi keluarga untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
- Minimnya Peluang Kerja: Kekurangan lapangan kerja yang memadai atau upah rendah membuat masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
- Ketimpangan Sosial dan Ekonomi: Ketimpangan yang terus-menerus terjadi memperlebar jurang antara kaya dan miskin, sehingga kelompok ekonomi lemah semakin sulit berkembang.
- Akses Kesehatan yang Terbatas: Kesehatan yang buruk akibat minimnya akses ke layanan kesehatan meningkatkan beban ekonomi keluarga miskin.
- Ketergantungan pada Pekerjaan Informal: Mayoritas masyarakat miskin bekerja di sektor informal yang tidak memiliki jaminan sosial atau penghasilan yang stabil.
- Penurunan Kualitas Hidup: Lingkaran kemiskinan memengaruhi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
- Ketidakstabilan Ekonomi: Wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi lebih rentan terhadap ketidakstabilan ekonomi.
- Isolasi Sosial: Kemiskinan menciptakan stigma yang membuat individu atau komunitas kehilangan kepercayaan diri dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
- Peningkatan Akses Pendidikan[6]: Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dapat menyediakan pendidikan gratis atau bersubsidi untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin.
- Penguatan Jaring Pengaman Sosial: Program bantuan tunai langsung, subsidi pangan, dan perlindungan kesehatan membantu mengurangi beban ekonomi masyarakat miskin.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Pembangunan infrastruktur dan investasi pada sektor produktif dapat membuka peluang kerja yang lebih luas.
- Kesetaraan Gender: Memberikan akses yang sama kepada perempuan untuk pendidikan dan pekerjaan akan membantu mempercepat pengurangan kemiskinan.
Referensi
- ^ Zona Ekonomi: Jurnal Ekonomi. Universitas Batam.
- ^ "Memutus Lingkaran Setan Kemiskinan – FEM – IPB University" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ "Myrdal, G. (1957). Economic Theory and Underdeveloped Regions. London Gerald Duckworth. - References - Scientific Research Publishing". www.scirp.org. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ "Todaro, M. (2000) Economic Development. 7th Edition, Addison Wesley Inc., England. - References - Scientific Research Publishing". www.scirp.org. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ "Todaro, M. (2000) Economic Development. 7th Edition, Addison Wesley Inc., England. - References - Scientific Research Publishing". www.scirp.org. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ "Memutus Rantai Kemiskinan dengan Pendidikan dan Beasiswa – Direktorat Kemahasiswaan". Diakses tanggal 2024-12-07.
Pranala Luar
- Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
- Bank Dunia: Kemiskinan Global
- UNDP: Poverty Eradication