Libya mendorong program untuk mengembangkan atau pengakuisisi senjata pemusnahan massal dari saat Muammar Gaddafi merebut kontrol atas Libya pada 1969 sampai ia mengumumkan pada 19 Desember 2003 bahwa Libya akan secara sukarela mengeliminasi seluruh bahan, alat dan program yang dapat berujung pada senjata-senjata yang dilarang secara internasional, termasuk senjata pemusnahan massal (nuklir, senjata kimia dan biologi) dan misil balistik rangkaian panjang.[1][2][3] Libya di bawah Raja Idris menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty, NPT) pada 1968 dan Gaddafi meratifikasikannya pada 1975, dan menjalin perjanjian keamanan dengan Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, IAEA) pada 1980.[4] Amerika Serikat dan Britania Raya mendorong Libya menyingkirkan alat dan bahan dari program senjata nuklirnya, dengan verifikasi independen oleh IAEA.[3]
Referensi