Letusan Surtsey adalah jenis letusan gunung berapi eksplosif yang terjadi di laut dangkal atau danau ketika magma panas yang naik dengan cepat dan terfragmentasi berinteraksi secara eksplosif dengan air dan dengan bubur air-uap-tefra. Nama gaya letusan ini diambil dari letusan di lepas pantai selatan Islandia pada tahun 1963 yang menyebabkan munculnya pulau vulkanik baru, yakni Surtsey.[1]
Letusan Surtsey adalah letusan freatomagmatik (juga dikenal sebagai "hidromagmatik"), yaitu letusan yang sangat dahsyat akibat interaksi kuat antara kenaikan magma dan air danau atau laut. Magma umumnya bersifat basaltik dan terfragmentasi menjadi piroklast kecil (dikenal sebagai 'abu' dan 'lapili'), dan ini terakumulasi di sekitar kawah membentuk tumpukan kecil berbentuk kerucut atau cincin. Gunung berapi jenis ini dikenal sebagai "kerucut tuf" dan "cincin tuf" karena abu vulkanik yang dihasilkannya segera memadat melalui reaksi kimia menjadi batuan keras yang dikenal sebagai "tuf".
Letusan Surtsey mempunyai karakteristik yang tidak stabil, dengan fase-fase ledakan yang cepat dan berulang-ulang, singkat dan dahsyat yang dipisahkan oleh fase-fase yang lebih diam yang didominasi oleh pembangkitan uap dan kondensasi. Abu dan lapili digantikan oleh jatuhnya abu (seringkali lembab atau basah), dan oleh awan panas yang berdurasi pendek. Endapan yang dihasilkan secara karakteristik memiliki lapisan yang baik dengan banyak bukti adanya kondisi lembab (misalnya agregat abu, lapisan abu yang tervesikulasi, dan lapisan terdeformasi dalam kondisi lunak). Sebagian besar tefra basah berulang kali jatuh kembali ke dalam kawah gunung berapi untuk dikeluarkan kembali oleh ledakan air lebih lanjut.
Anak Krakatau - Selat Sunda, Indonesia, 1927–1930 (dengan letusan lebih kecil yang berlanjut hingga hari ini) - letusan Surtsey lebih lanjut terjadi setelah letusan bulan Desember 2018 yang menyebabkan sebagian besar gunung berapi berada di bawah air