Untuk Tentara Jepang dari Korea yang membantu Indonesia, lihat
Komarudin.
Letnan Komarudin atau bernama asli Eli Yakim Teniwut lahir di Desa Ohoidertutu, Kecamatan Kei Kecil Barat, Maluku Tenggara[1] adalah salah satu pelaku dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berada di bawah komandan peleton di SWK 101, Brigade X pimpinan Mayor Sardjono. Ia dikenal karena kesalahan mengingat tanggal serangan dan membuka tembakan pada tanggal 28 Februari. Akibatnya ia mengacaukan jadwal serangan, tetapi di sisi lain juga membuat Belanda lengah karena mengira itulah serangan besar yang santer akan terjadi. Ia juga dikenal sebagai tentara sakti tahan peluru dan muncul dalam film Janur Kuning.[2]
Legenda keturunan Diponegoro
Sebagai pejuang pemberani, ia disebut-sebut masih memiliki hubungan darah, cicit Kyai Abdur Rahman yang dikenal sebagai Mbah Tanjung, salah seorang ulama terkemuka yang hidup di Ploso Kuning Minomartani, Sleman pada era kekuasaan Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Ia pun diyakini merupakan keturunan langsung Bantengwareng, salah seorang panglima perang pasukan Pangeran Diponegoro.[2]
Wacana pemberian status pahlawan
Pada tahun 2016, muncul usulan menjadikan Letnan Komarudin sebagai pahlawan nasional oleh DPD KNPI Kabupaten Maluku Tenggara.[1]
Akhir hidup
Ia sempat dituduh terlibat dalam pemberontakan DI/TII namun kemudian tak terbukti dan nama baiknya direhabilitasi. Ia kemudian mengundurkan diri dari dunia militer, bersama istrinya yang berasal dari Jawa mereka kembali ke Maluku tenggara dan tinggal di desa kelahirannya, Ohoidertutu, di sana di menghabiskan sisa hidupnya hingga akhir hayatnya. Di sempat diminta mantan presiden ke-2 RI untuk kembali ke Jakarta agar ketika meninggal nanti akan diberi gelar pahlawan. Tapi dia menolak dan lebih memilih tinggal di desa kelahirannya.[2]
Referensi