Menurut tradisi Kristen, legenda Abgar adalah peristiwa surat menyurat antara Yesus Kristus dengan Raja Abgar V Ukkāmā dari Osroene.[1][2][3] Pada abad keempat, Eusebius dari Kaisarea menerbitkan dua surat yang dikatakan ditemukan di arsip Edessa.[4][5] Surat-surat tersebut diklaim merupakan balasan surat antara Yesus Kristus dan Raja Abgar V yang ditulis pada tahun-tahun terakhir dari kehidupan Yesus.[6]
Konteks historis
Eusebius mencantumkan catatan Legenda Abgar terawal yang diketahui dalam buku pertamanya Sejarah Gerejawi (sekitar 325 Masehi), sebagai bagian dari diskusinya dengan Tadeus dari Edessa. Eusebius mengklaim bahwa Tadeus datang ke Abgar atas permintaan Rasul Tomas, setelah kebangkitan Yesus. Ia juga mengklaim menunjukkan surat balasan antara Abgar dan Yesus, yang ia terjemahkan dari bahasa Suryani.
Surat Abgar kepada Yesus
Sejarawan gereja Eusebius menyatakan bahwa arsip Edessa berisi sebuah salinan surat menyurat antara Abgar dari Edessa dan Yesus.[7][8] Surat menyurat tersebut terdiri dari surat Abgar dan jawaban yang diberikan oleh Yesus. Pada 15 Agustus 944, Gereja Santa Maria dari Blachernae di Konstantinopel menerima surat tersebut dan Mandylion. Kedua relik tersebut kemudian dipindahkan ke Gereja Bunda dari Faros.[9]
Rasa penasaran timbul dari peristiwa tersebut, dengan para cendekiawan mempersengketakan apakah Abgar terserang asam urat atau kusta, apakah surat menyurat tersebut memakai perkamen atau papirus, dan seterusnya.[10]
Teks dari surat tersebut tertulis:
Abgar, penguasa Edessa, kepada Yesus sang tabib yang baik yang telah datang ke negara Yerusalem, salam. Aku telah mendengar banyak mengenai Engkau, mengenai penyembuhan yang Engkau lakukan tanpa memakai obat atau jamu apa pun.Kalau laporan itu benar, Engkau membuat orang buta menjadi melihat kembali, Engkau menyembuhkan orang berpenyakit kusta,mengusir roh-roh najis dan setan-setan, menyembuhkan orang berpenyakit kronis dan menghidupkan orang mati. Ketika aku mendengar semua ini mengenai Engkau, aku mengambil kesimpulan bahwa salah satu dari dua kemungkinan adalah benar – Engkau adalah Allah, turun dari Sorga untuk melakukan semua ini, atau Engkau adalah Anak Allah.Karena itu aku menulis surat ini, memohon kesediaan-Mu datang kemari, apapun kesulitan-kesulitannya, untuk menyembuhkan aku dari penyakit yang kuderita. Sebagai tambahan, aku mengerti bahwa orang-orang Yahudi memperlakukan Engkau dengan hina dan ingin melukai Engkau. Kotaku kecil, tetapi dihargai, muat untuk kita berdua.[11]
Yesus membalas surat tersebut dengan mengirimkan pesan kepada Abgar:
Berbahagialah engkau yang percaya pada-Ku tanpa melihat-Ku ! Aku masih harus menyelesaikan segala tugas pengutusan-Ku di dunia, untuk tugas itulah aku diutus. Kemudian Aku akan langsung diangkat kepada Dia yang mengutus Aku.Setelah Aku terangkat, Aku akan mengutus salah seorang murid-Ku untuk menyembuhkan penyakitmu dan memberikan hidup kepadamu dan kepada mereka yang besertamu[12]
Egeria menulis surat tersebut dalam catatan ziarahnya di Edessa. Ia menulis surat tersebut saat ia singgah, dan menyatakan bahwa salinan di Edessa lebih lengkap ketimbang salinan-salinan di tempat tinggalnya (diyakini adalah Prancis).[13]
Referensi
^"Abgar legend | Christian legend". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-06-06. Abgar legend, in early Christian times, a popular myth that Jesus had an exchange of letters with King Abgar V Ukkama of Osroene, whose capital was Edessa, a Mesopotamian city on the northern fringe of the Syrian plateau.
^Mills, Watson E.; Bullard, Roger Aubrey; McKnight, Edgar V. (1990). Mercer Dictionary of the Bible (dalam bahasa Inggris). Mercer University Press. ISBN9780865543737. Abgar Legend, [ab'gahr] The Abgar legend concerns a supposed exchange of letters between King Abgar V of Edessa (9—46 c.e.) and Jesus, and the subsequent evangelization of Edessa by the apostle Thaddeus
^Ross, Steven K. (2000-10-26). Roman Edessa: Politics and Culture on the Eastern Fringes of the Roman Empire, 114 - 242 C.E. (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 117. ISBN9781134660636. According to the legend a King Abgar (supposedly Abgar V Ukkama, Jesus's contemporary) wrote to Jesus in Jerusalem asking to be healed and inviting Jesus to visit Edessa. The text of that letter, and Jesus's reply, exist in many versions in almost all the languages of the Roman Empire, in keeping with the belief that the texts themselves had a sanctifying and protective power. The importance of this legend for the reputation of the city illustrates the central fact of the post-monarchical period: regardless of pre- Christian Edessa’s primary cultural orientation - whether it was to the East or to the West — the crucial factor in its later identity was its prominence as a center of Mesopotamian Christianity - the ‘First Christian Kingdom’ or the ‘Blessed City' - and it was this factor that preserved the name and status of Edessa through the Byzantine
^Lieu, Judith; North, John; Rajak, Tessa (2013-04-15). The Jews Among Pagans and Christians in the Roman Empire (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN9781135081881. Eusebius tells us that he translated the correspondence from Syriac into Greek from a Syriac original from the royal archives at Edessa.
^King, Daniel (2018-12-12). The Syriac World (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN9781317482116. The existence of both local chronicles is probably due to the high reputation of the archives held at Edessa. These were made famous by the reference in Eusebius to his use of the archives to discover the Abgar Legend. Whether or not Eusebius's claims were true, they were credible and stimulated the deposition of further documents, which would constitute raw material for the writing of local history (Segal 1970: 20–1).
^Petrosova, Anna (2005). The Armeniad: Visible Pages of History (dalam bahasa Inggris). Linguist Publishers. hlm. 146. Eusebius of Caesarea discovered two letters in the archive of Edessa, written during the last year of Jesus' life.
^Walsh, Michael J. (1986). The triumph of the meek: why early Christianity succeeded (dalam bahasa Inggris). Harper & Row. hlm. 125. ISBN9780060692544. The story about this kingdom which Eusebius relates is as follows. King Abgar (who ruled from AD 13 to 50) was dying. Hearing of Jesus' miracles he sent for him. Jesus wrote back - this correspondence, Eusebius claims, can be found in the Edessan archives - to say that he could not come because he had been sent to the people of Israel, but he would send a disciple later. But Abgar was already blessed for having believed in him.
^Janin, Raymond (1953). La Géographie ecclésiastique de l'Empire byzantin. 1. Part: Le Siège de Constantinople et le Patriarcat Oecuménique. 3rd Vol. : Les Églises et les Monastères (dalam bahasa French). Paris: Institut Français d'Etudes Byzantines. hlm. 172.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Holweck, F. G. (1924). A biographical dictionary of the saints. St. Louis, MO: B. Herder Book Co.
Mirkovic, Alexander (2004). Prelude to Constantine: The Abgar tradition in early Christianity. Arbeiten zur Religion und Geschichte des Urchristentums. Frankfurt am Main: Peter Lang.
English translation of ancient documents on the conversion of Abgar, including relevant passages from Eusebius and the Doctrine of Addai are available in Cureton, W. (1864). Ancient Syriac documents. London, UK: Williams and Norgate. hlm. 1–23. Diakses tanggal 15 June 2017.