Laimdota Straujuma (lahir 24 Februari 1951) adalah seorang ekonom Latvia yang menjadi Perdana Menteri Latvia dari Januari 2014 hingga Februari 2016. Sebelum masa jabatannya sebagai Perdana Menteri, ia menjabat sebagai Menteri Pertanian dari 2011 hingga 2014. Ia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai kepala pemerintahan negara itu.[1] Setelah pengunduran dirinya pada 7 Desember 2015, ia mengumumkan niatnya untuk melanjutkan karier sebagai anggota parlemen Saeima.[2]
Antara Oktober 2000 dan 2006 Straujuma menjabat sebagai Sekretaris Negara untuk Kementerian Pertanian. Antara 2007 dan 2010 ia adalah Sekretaris Kementerian untuk Pembangunan dan Pemerintah Daerah. Ia diangkat sebagai Menteri Pertanian pada 25 Oktober 2011.[3]
Pada 5 Januari 2014 Partai Persatuan mencalonkan Straujuma sebagai kandidat untuk jabatan Perdana Menteri setelah pengunduran diri Valdis Dombrovskis.[4] Usulan ini didukung oleh mitra koalisi seperti Partai Reformasi dan Aliansi Nasional serta partai oposisi Uni Hijau dan Petani.[5]
Setelah Pemilu Parlemen 2014, di mana Partai Persatuan berada di urutan kedua, Presiden Latvia Andris Bērziņš menunjuk Straujuma untuk memimpin pemerintahan baru,[6] yang disetujui oleh Saeima pada 5 November 2014. Straujuma kemudian mengundurkan diri pada 7 Desember 2015.[7][8]
Pengunduran diri
Pada 7 Desember 2015, Straujuma mengundurkan diri setelah meningkatnya perselisihan dalam koalisi yang berkuasa. Sebagai perdana menteri wanita pertama di negara itu, masa jabatannya berlangsung hampir dua tahun dan masa jabatannya terfokus pada penguatan pertahanan nasional setelah pencaplokan Krimea oleh Rusia. Laporan-laporan media mengklaim Straujuma berjuang untuk mempertahankan kekompakan dalam koalisi dalam beberapa bulan sebelum pengunduran dirinya saat krisis migran Eropa, pemogokan guru dan ketidaksepakatan mengenai strategi bantuan negara untuk utang maskapai penerbangan nasional AirBaltic. Realokasi anggaran pertahanan yang mencapai 2% PDB NATO membuat APBN 2016 kontroversial dan banyak digugat. Ketua Partai Persatuan Solvita Āboltiņa mengkritik Straujuma yang lemah dan kurang memiliki otoritas. Straujuma pada saat pengunduran dirinya menyatakan bahwa pemerintah butuh “gagasan baru, sumbangsih baru, dan energi baru”.[9] ia secara pribadi menyarankan Menteri Dalam Negeri saat itu Rihards Kozlovskis sebagai penggantinya. Namun, Māris Kučinskis akhirnya terpilih sebagai penggantinya.
Referensi
Pranala luar