Seekor kutu laut raksasa adalah salah satu dari sekitar 20 spesiesisopoda besar (anggota crustacea, masih berkerabat dengan udang dan kepiting) di genusBathynomus. Kutu laut raksasa diperkirakan dapat ditemukan luas di perairan yang dalam dan dingin di Samudera Atlantik,[2]Pasifik, dan Hindia.[1]Bathynomus giganteus, spesies yang dijadikan dasar generitipenya, sering dianggap sebagai isopoda terbesar di dunia, walaupun spesies Bathynomus lain juga dapat memiliki ukuran yang mirip (seperti B. kensleyi).[1]
Zoolog asal Prancis, Alphonse Milne-Edwards, adalah yang pertama[3] kali mendeskripsikan genus kutu laut raksasa yaitu pada tahun 1879[4] setelah mendapatkan seekor B. giganteus muda jantan di Teluk Meksiko. Penemuan ini merupakan penemuan yang memukau baik bagi kalangan ilmuwan maupun masyarakat umum di mana pada zaman tersebut, pemikiran mengenai kedalaman samudera yang tidak berkehidupan hanya baru disangkal oleh karya Sir Charles Wyville Thomson dan beberapa ilmuwan lain. Kutu laut betina belum pernah ditemukan hingga tahun 1891.
Kenampakan fisik
Spesies kutu laut raksasa B. giganteus memiliki panjang rata-rata antara 19 dan 36 cm[3] dengan berat dan panjang maksimum sekitar 1,7 kg dan 76 sentimeter (30 in).[5] Kutu laut raksasa merupakan salah satu contoh dari fenomena gigantisme laut dalam (seperti juga cumi-cumi raksasa). Walaupun kebanyakan dari spesies Bathynomus lainnya relatif kecil,[1] kutu laut raksasa jauh lebih besar dibandingkan isopoda pada umumnya yang ukurannya berkisar antara 1 hingga 5 cm. Morfologi kutu laut raksasa mirip dengan kerabatnya di darat, woodlouse. Seperti woodlouse, kutu laut raksasa juga memiliki kemampuan untuk menggulung tubuhnya menjadi seperti bola dengan cangkang yang keras menghadap ke luar. Kemampuan ini melindungi kutu laut raksasa dari pemangsa yang mencoba menyerang bagian bagian bawah tubuhnya yang lebih rentan. Ruas cangkang pertamanya tergabung dengan kepala. Ruas paling belakangnya sering kali juga tergabung, membentuk sebuah tameng di atas bagian abdomen (pleon).[3] Matanya yang besar di kepalanya merupakan kumpulan dari sekitar 4.000 ommatidium, sessile, dan memiliki jarak di antara keduanya yang cukup lebar.[6] Kutu laut raksasa memiliki 2 pasang antena.
Kaki torakis atau pereiopod-nya tersususn dari 7 pasang kaki, di mana yang pertama dimodifikasi menjadi maxillipod untuk memasukkan makanan ke 4 set rahangnya. Abdomennya memiliki 5 ruas yang disebut pleonit.[7]
Ekologi
Kutu laut raksasa merupakan hewan pengais yang penting di lingkungan bentik di laut dalam. Mereka umumnya ditemukan di zona sub-litoral yang gelap pada kedalaman depth 170 meter (560 ft) hingga batas kegelapan dengan zona batipelagic pada kedalaman 2.140 meter (7.020 ft), di mana tekanan yang ada sangat tinggi sementara suhu sangat rendah pada sekitar 4 °C (39 °F).[8] Beberapa spesies dari genus kutu laut raksasa pernah ditemukan di kedalaman yang lebih dangkal seperti B. miyarei yang dapat ditemukan pada kedalaman antara 22 dan 280 meter (72 dan 919 ft).[9] Lebih dari 80 persen B. giganteus ditemukan pada kedalaman antara 365 dan 730 meter (1.198 dan 2.395 ft).[10] Mereka diperkirakan lebih menyukai lingkungan berlumpur atau lempung dan berpola hidup soliter.
Walaupun pada umumnya bertindak sebagai pengais, kutu laut raksasa juga karnivor dan yang memangsa bangkai paus, ikan, dan cumi-cumi. Kutu laut raksasa juga dapat menjadi predator yang aktif terhadap mangsa yang bergerak pelan seperti teripang, bunga karang, radiolaria, nematoda, dan hewan laut dalam lainnya, serta kemungkinan juga ikan hidup. Kutu laut raksasa dapat menyerang ikan tangkapan pukat. Dengan sulitnya makanan di lingkungan laut dalam, kutu laut raksasa menyesuaikan dirinya dengan apa yang tersedia. Kutu laut raksasa telah beradaptasi dengan waktu puasa yang cukup lama dan diketahui dapat selamat lebih dari 4 tahun tanpa makanan.[11] Ketika sumber makanan besar ditemuinya, kutu laut raksasa memangsanya dengan cepat hingga memaksa kemampuan bergeraknya yang terbatas. Suatu studi yang meneliti isi dari perut 1651 giganteus' menemukan bahwa kebanyakan dari isinya adalah ikan, lalu cefalopoda, dan decapoda, utamanya caridea dan galatheida.[3]
Pada tahun 1990, ekspedisi Scavengers of East Australian Seas (SEAS) mulai mendokumentasikan kutu laut raksasa sepanjang pesisir timur Australia dengan membuat jebakan. Semakin menuju perairan dalam, semakin sedikit jumlah spesies utu laut raksasa yang mereka temukan dan kemungkinan ukuran spesies tersebut semakin besar. Kutu laut raksasa yang ditemukan di perairan sangat dalam lepas pantai Australia dibandingkan dengan yang ditemukan di lepas pantai Meksiko dan India. Dari catatan fosilnya, diperkirakan bahwa Bathynomus telah ada lebi dari 160 juta tahun yang lalu, sebelum terpisahnya Benua Super Pangaea. Jadi, kutu laut raksasa tidak berevolusi secara independen di 3 lokasi tersebut namun semenjak itu diperkirakan bahwa Bathynomus memperlihatkan evolusi yang berbeda di lokasi yang beragam. Penelitian dari SEAS menemukan bahwa kutu laut raksasa di ketiga lokasi sangat identik satu sama lain. Andrew Parker di dalam bukunya In the Blink of an Eye megaitkan sedikitnya tingkat evolusi ini kepada tingkat penyinaran Matahari yang rendah di habitat kutu laut raksasa.[12]
Perkembangbiakan
Kutu laut raksasa dipercaya memiliki siklus reproduksi yang memuncak pada bulan-bulan musim semi dan musim dingin. Hal ini diakibatkan dengan adanya penurunan jumlah sumber makanan selama musim panas. Kutu laut raksasa berkembang biak dengan cara bertelur. Telur-telur kutu laut raksasa diperkirakan merupakan telur hewan invertebrata laut yang terbesar dengan diameter dapat mencapai 13 mm. Betina dewasa mengembangkan organ kantung (seperti pada marsupium, kangguru) yang digunakan untuk menyimpan telurnya dengan jumlahh 20 hingga 30 butir hingga kutu laut raksasa muda siap keluar. Kutu laut raksasa betina melakukan puasa selama mengandung anaknya dan cenderung mengubur dirinya untuk mengurangi energi yang dikeluarkan selama masa mengandung serta melindungi telur-telurnya dari predator. Kutu laut raksasa muda keluar dari kantung tersebut yang berbentuk seperti kutu laut raksasa dewasa namun berukuran kecil yang disebut mancae dengan ukuran dapat mencapai 6 cm. Mancae bukan merupakan fase larva dan telah mengembangkan hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali sepasang pereopod terakhirnya. Melewati fase larva meningkatkan peluang kebertahanan bagi kutu-kutu laut raksasa muda.[7]
Rujukan
^ abcdLowry, J. K. and K. Dempsey (2006). The giant deep-sea scavenger genus Bathynomus (Crustacea, Isopoda, Cirolanidae) in the Indo-West Pacific. In: Richer de Forges, B. and Justone, J.-L.
(eds.), Résultats des Compagnes Musortom, vol. 24. Mémoires du Muséum National d’Histoire Naturalle, Tome 193: 163–192.
^ abcdPatricia Briones-Fourzán and Enrique Lozano-Alvarez (1991). "Aspects of the biology of the giant isopod Bathynomus giganteus A. Milne Edwards, 1879 (Flabellifera: Cirolanidae), off the Yucatan Peninsula". Journal of Crustacean Biology. 11 (3): 375–385. doi:10.2307/1548464. JSTOR1548464.
^B. T. Cocke (1987). Morphological variation in the giant isopod Bathynomus giganteus (suborder Flabellifera: family Cirolanidae) with notes on the genus. Master's thesis, Texas A&M University. hlm. 129 pp.