Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Tambahkan kotak info bila jenis artikel memungkinkan.
Hapus tag/templat ini.
Krisis eksistensial adalah suatu kondisi seseorang yang tidak merasa nyaman mengenai pilihan hidup, makna hidup, serta kebebasan yang ada dalam hidup. Seseorang mempertanyakan mengenai tujuan hidup dan arti hidupnya, lalu gagal dalam menemukan jawaban tersebut. Sehingga, menyebabkan rasa frustasi dan menyebabkan tidak ada rasa semangat dalam menjalani hidup. Kebanyakan akan menganggap bahwa hidupnya tidak ada gunanya dan keberadaan dirinya dianggap tidak penting.[1]
Krisis eksistensial ini berhubungan dengan konflik batin dan rasa kecemasan yang berhubungan dengan tanggung jawab, sikap kemandirian, suatu kebebasan, tujuan, dan komitmen yang dipegang.[2]
Jenis-jenis
Ada beberapa jenis krisis eksistensial, diantaranya:[1][3]
Krisis akan kebebasan dan tanggung jawab
Saat seseorang mempunyai kebebasan untuk menentukan sebuah pilihan, maka orang tersebut akan bertanggung jawab atas apa yang telah dipilih dan tidak boleh untuk menyalahkan orang lain.
Krisis dengan arti kehidupan dan kematian
Saat seseorang mempertanyakan mengenai inti kehidupan, dan jika seseorang itu merasa jika ujung kehidupan adalah kematian. Orang tersebut akan menyimpulkan untuk apa bekerja keras dalam hidup dan sebagainnya. Perasaan seperti ini sering dirasakan saat seseorang sudah mengalami usia tua atau seseorang sedang mengalami sakit parah.
Krisis dengan isolasi dan keterhubungan
Manusia merupakan mahluk sosial sehingga membutuhkan orang lain dalam kehidupan sehingga membangun hubungan dengan orang lain. Tetapi hubungan ini tidak bersifat permanen. Saat seseorang sudah menggantungkan dirinya terhadap orang lain, dan orang tersebut itu pergi baik secara fisik maupun emosional. Orang tersebut akan mengalami krisis isolasi dan keterhubungan, sehingga beberapa orang merasa bahwa dirinya tidak punya tujuan hidup atau merasa hampa.
Krisis arti dan makna
Manusia hidup akan mencari makna atau arti dalam hidup. Saat manusia tidak dapat menemukannya, manusia akan mengalami kecemasan, ketakutan, hingga pikiran.
Krisis emosi, pengalaman, dan perwujudan
Beberapa orang menghalangi emosi yang dihasilkan oleh perasaan, seperti marah, sedih, dan emosi negatif lainnya. Dengan menghalangi emosi ini berpikir akan membuat rasa bahagia. Tetapi, dengan berpikir seperti ini menjadi bumerang dalam hidup. Saat manusia mengalami kebahagiaan yang terpaksa atau bukan kebahagiaan yang sebenarnya, hidup akan terasa hampa.
Penyebab
Penyebab krisis eksistensial adalah tantangan dan tekanan yang sering dihadapi seseorang dapat menimbulkan krisis eksistensial. Beberapa penyebab yang dapat memicu krisis eksistensial adalah saat seseorang merasa bersalah terhadap sesuatu hal, kehilangan seseorang yang dicintai, merasa tidak puas terhadap diri sendiri, dan mempunyai emosi yang tidak dapat disalurkan dengan baik atau emosi yang tertahan.[3][4]
Gejala
Krisis eksistensial ini diikuti dengan gejala saat seseorang merasakan gejala kecemasan, lalu diikuti dengan rasa lelah, kurangnya motivasi dalam melakukan segala sesuatu, menjauhkan diri dari orang, serta mengalami depresi.[1]
Gejala tersebut muncul pada situasi seseorang sedang mengalami suatu masalah, seperti saat seseorang kehilangan pekerjaan, kehilangan seseorang yang dicintai, pernah mengalami kejadian sehingga membuat rasa trauma, faktor usia, mengalami perceraian dalam rumah tangga, memiliki penyakit yang serius hingga dapat merenggut nyawa, serta saat seseorang memiliki anak. Sehingga pikiran mulai kacau dan membayangkan hal-hal yang aneh. Setelah itu, seseorang akan mengajukan pertanyaan terhadap dirinya sendiri yang sulit untuk menemukan jawabannya.[1][2]