Kong Rong (153–208) adalah seorang politikus, cendekiawan, panglima perang Dinasti Han dan keturunan generasi ke-20 Kong Hu Cu.
Pada tahun 196 saat Kong Rong menjabat sebagai gubernur Beihai (sekarang Weifang, Shandong), dia dikalahkan oleh Yuan Tan, anak tertua dari Yuan Shao. Pada saat itu, ia lolos melarikan diri ke Xuchang. Karena selalu menjadi lawan politik dan mengkritik kebijakan Cao Cao, Kong Rong akhirnya dijatuhi hukuman mati atas berbagai tuduhan.
Terkenal karena kecerdasan dan gaya sastranya, ia masuk dalam antara Tujuh Sarjana Jian'an, sekelompok sastrawan pada zamannya.
Namun, sebagian besar karya-karyanya telah hilang, karyanya dapat ditemukan dalam kompilasi dari Dinasti Ming dan Qing.
Sebuah cerita terkenal yang biasa digunakan untuk mendidik dengan etika sopan santun, kasih persaudaraan kepada orang tua dan anak-anak. Cerita umumnya dikenal sebagai "Kong Rong menyerahkan pir" (孔融让梨), juga disebutkan dalam cerita klasik yang digunakan untuk pendidikan dasar sampai ke zaman Dinasti Song.
Biografi
Kong Rong Lahir di negara Lu (sekarang selatan Shandong & bagian utara Henan, Anhui & Jiangsu), ia menunjukkan kecerdasan sejak usia muda, berturut-turut dipromosikan saat memasuki birokrasi Dinasti Han.
Pada tahun 190, Kong Rong diangkat menjadi Gubernur Beihai di Provinsi Qing, daerah yang dipenuhi oleh Pemberontakan Serban Kuning dipimpin oleh Zhang Jiao.
Setelah berkantor, ia membangun kota dan melakukan pendirian sekolah, serta mengajarkan Konfusianisme (Konghucu), juga mengatur upacara pemakaman. Di kota itu pula, ia dikepung tentara yang dipimpin oleh Guan Hai. Ia meminta bantuan kepada Liu Bei, Gubernur Pingyuan County saat itu, sehingga dikirimlah Taishi Ci dengan 3.000 tentara elite dan akhirnya para pemberontak dapat diredam.
Tahun 195 ia menjadi Gubernur Provinsi Qing, seluruh rekomendasi dibawah arahan Liu Bei.
Tahun 196 Yuan Shao mengirim putra sulungnya Yuan Tan untuk menyerang Provinsi Qing. Ia dikalahkan & keluarganya ditangkap.
Dia lolos ke Xuchang, kemudian ditunjuk wakil Menteri (少 府)oleh Cao Cao.
Selama tinggal di Xuchang, ia sering menentang kebijakan Cao Cao, penguasa de facto yang mengontrol Kaisar Xian dari Han di bawah kekuasaannya. Ia berkata, "Sejak Jie dan Zhou raja (penguasa terakhir Dinasti Xia dan Dinasti Shang masing-masing) digulingkan karena keinginan mereka untuk perempuan". Ia kemudian turun jabatan, karena ketegasan ucapan mengenai cao cao.
Meskipun turun jabatan, ia tiada kekurangan sebab memiliki perhotelan yang selalu dipenuhi dengan tamu.
Ia bersahabat dengan Mi Heng dari Provinsi Jing(sekarang Hubei & Hunan) yang terpelajar, ia pernah menulis sepotong prosa, meletakkan setiap orang terkemuka di sana, ketika ditanya siapa?, ia akan mempertimbangkan untuk rekomendasi orang yang berbakat, Mi Heng menjawab, "Pertama ada Kong Rong, kedua ada Yang Xiu", padahal Kong Rong ingin merekomendasikan Mi Heng kepada Cao Cao, tapi Mi Heng memasang sikap kasar juga arogan didepan Cao cao, dengan menanggalkan pakaian saat bermain drum di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh Cao Cao, dan mengkritiknya.
Cao Cao akhirnya mengirim Mi Heng ke Liu Biao, gubernur Propinsi Jing di kota Cheng du.
Tahun 198 Cao Cao menyatakan perang dengan Yuan Shao di sepanjang tepi Sungai Kuning. Kong Rong menatap dengan pandangan pesimis, mengatakan melalui Xun Yu, Yuan Shao akan sangat sulit dikalahkan, saat ia memiliki persediaan makanan yang cukup dengan kekuatan pasukan jauh lebih unggul & prajurit yang setia harus dengan strategi.
Tahun 200 Cao Cao mengambil keuntungan dari kelemahan Yuan Shao, dengan merusak persediaan makanan mereka dan akhirnya mengalahkannya pada Pertempuran Guandu.Yuan Shao meninggal dua tahun kemudian, meninggalkan putra sulungnya Yuan Tan dan Yuan Shang.
Eksekusi
Pada tahun 208, Kong Rong berbicara buruk tentang Cao Cao sebelum utusan dari Wu Sun Quan datang, seorang panglima perang menduduki tenggara Cina. Cao Cao kemudian menjatuhkan hukuman mati. Menurut Jurnal Tahunan Musim Semi dan Gugur Wei (魏氏 春秋) oleh Sun Sheng (孙盛), Kong Rong mempunyai 2 anak putera usia 9 tahun & putri 7 tahun sesuai dengan kitab Han. Saat sedang bermain permainan, ayah mereka ditangkap, orang lain mendesak menganjurkan ia melarikan diri, tetapi ia menjawab:
Bagaimana bisa ada telur tak terputus, di dalam sarangnya sendiri menggulingkan? (安 有 巢 毁 而 卵 不 破 者 乎)
Ini kemudian menjadi peribahasa Cina (覆 巢 之下, 安 有 完卵), digunakan untuk menjelaskan bahwa ketika suatu kelompok menderita, semua individu milik itu akan terpengaruh.
Setelah Kong Rong dieksekusi bersama dengan seluruh keluarganya, tubuhnya dibiarkan di jalanan. Tiada seorangpun yang berani mendekat kecuali Zhi Xie (脂 习), yang jatuh di atas tubuh Kong Rong dan berteriak, "Sekarang Anda telah meninggalkan saya dengan kematian, hanya saya yang bisa bicara dan mengerti apa yang terjadi? "
Referensi