Kondas, Mbeliling, Manggarai BaratLatar BelakangKondas adalah nama sebuah kampung, yang membentuk sebuah dusun di Desa Tiwu Riwung, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kampung Kondas terbentuk pada tahun 1970, yang waktu itu merupakan kampung pindahan baru, setelah sebelumnya masih menempati kampung lama yang bernama Bulung. Pada umumnya, sebuah dusun di Kabupaten Manggarai Barat, terbentuk dari satu atau dua kampung. Tergantung dari jumlah penduduk dan kedekatan antar kampung. Karena biasanya sebuah kampung atau 'Beo' dalam Bahasa Manggarai, berdiri sendiri dan letaknya cukup berjauhan dengan kampung lain, kecuali untuk kampung pemekaran baru. Hal ini menyebabkan pembagian dusun dan RT disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga dan kedekatan jaraknya. Jika sebuah kampung memiliki kepala keluarga lebih dari duapuluh atau lebih kepala keluarga, maka kampung tersebut dapat membentuk sebuah dusun. Namun jika jumlah kepala keluarga kurang dari itu, untuk membentuk sebuah dusun, digabungkan dengan kampung tetangga yang juga memiliki kepala keluarga yang kurang dari itu. Atau bisa juga digabungkan dengan kampung tetangga yang telah membentuk sebuah dusun, dan statusnya menjadi RT. Angka ketetapan dua puluh atau tiga puluh kepala keluarga juga tidaklah harus tepat, paling kurang mendekati angka tersebut. Seperti halnya dusun Kondas, karena kampung Kondas memiliki lebih dari dua puluh kepala keluarga pada awal berdirinya Desa Tiwu Riwung, maka otomatis dapat membentuk sebuah dusun. Sejarah dan MasyarakatKampung Kondas bukanlah kampung asli, masyarakatnya berasal dari 3 keturunan etnis Kempo yang membuka (uma) lahan garapan baru di bagian utara wilayah '''Kedaluan (Hamente) Kempo'''. Karena hasil kebun cukup melimpah ditambah lagi dengan jarak kampung asal yang cukup jauh, maka mereka sepakat untuk mendiami wilayah garapannya dan membentuk sebuah Beo (kampung) yang bernama Bulung. Nama Bulung diambil dari nama sebuah sungai kecil yang mengalir sepanjang lahan garapan. Lahan sepanjang sungai itu sangat subur, namun banyak ditumbuhi pohon-pohon berduri sangat tajam. Masyarakat sangat bersusah payah membuka lahan garapan baru, mengatasi duri-duri tajam di areal tersebut. Karena pekerjaan membuka lahan baru begitu berkesan maka sungai kecil itu diberi nama sungai Wae Bulung begitupun pohon berduri (karot) itu dinamakan Karot bulung. Lalu mereka sepakat membuat pemukiman dekat mata air sungai tersebut yang kini menjadi Bangka (bekas kampung). Setelah sekian lama menempati kampung Bulung, terjadilah wabah penyakit malaria dan diare yang menelan banyak korban jiwa dari warga kampung. Karena wabah sulit diatasi dan ketiadaan obat, masyarakat sepakat untuk memindahkan pemukiman ke bagian selatan kampung yaitu sebuah padang rumput (lengkong) yang kini menjadi kampung Kondas. Warga kampung Kondas pada mulanya akrab dengan sebutan likang telu (tiga batu tungku) yang berarti berasal dari 3 keturunan etnis Kempo yaitu keturunan Senge, keturunan Rekas, dan keturunan Popo-Todo. Dan ada satu keluarga dari keturunan Nuri yang tergabung dalam keluarga Senge. Namun saat ini keturunan Nuri sudah semakin banyak, maka sebutan likang telu berubah menjadi likang pat. Mayoritas warganya bermatapencaharian sebagai petani, dan sebagian kecilnya sebagai PNS. WilayahKampung Kondas juga merupakan pusat pemerintahan desa Tiwu Riwung. Kantor Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan di Kondas. Selain itu, kampung Kondas juga merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat desa dengan adanya Puskesmas Pembatu Kondas. Pusat pemasaran ekonomi desa dengan adanya pasar desa Kondas yang berdiri sejak tahun 2002. Pusat pendidikan dengan adanya Sekolah Dasar Inpres (SDI) Kondas yang berdiri sejak tahun 1976. Pusat pelayanan keagamaan yaitu adanya Kapela Kondas bagi penganut Katolik dan Masjid Kondas bagi penganut Islam. Kampung Kondas membentang dari timur ke barat, dengan batas-batas wilayah;
Dusun Kondas terbagi dalam dua RT, yaitu;
Dusun Kondas dikepalai oleh seorang Kepala Dusun di bidang pemerintahan, dan seorang Tua Golo (Kepala Kampung) di bidang adat budaya etnis Kempo. |