Klytie (/ˈklaɪtiiː/; Yunani Kuno: Κλυτίη), atau Clytia (/ˈklaɪtiə/; Κλυτία; Yunani Kuno: κλυτός yang berarti "agung" atau "terkenal"[1]) adalah peri air, putri Titan Okeanos dan Tethys di Mitologi Yunani.[2][3][4] Dia merupakan salah satu dari 3.000 Okeanid dan saudara perempuan Potamoi (dewa sungai). Klytie mencintai dewa matahari, Helios, namun sia-sia.[5] Helios meninggalkannya demi wanita lain, putri Leucothoe, karena kutukan Aphrodite sang dewi cinta. Dalam kemarahan dan kepahitan, dia mengungkapkan perselingkuhan mereka kepada ayah gadis itu, yang secara tidak langsung menyebabkan malapetaka ketika raja mengubur anaknya hidup-hidup. Hal ini gagal untuk memenangkan hati Helios kembali padanya, dan dia dibiarkan menatapnya dengan penuh kasih dari tanah. Akhirnya dia berubah menjadi heliotrope, bunga ungu yang menatap matahari.
Kisah Klytie sebagian besar diketahui dari dan sepenuhnya terpelihara dalam puisi naratif Ovid, Metamorphoses, meskipun ada juga catatan singkat dari penulis lain.
Dalam mitologi
Catatan Ovid
Catatan Ovid merupakan yang terlengkap dan terinci dari kisah-kisah yang masih ada. Menurutnya, Klytie adalah kekasih Helios, sampai Aphrodite membuatnya jatuh cinta dengan seorang putri fana Persia bernama Leucothoe, untuk membalas dendam padanya karena memberi tahu suaminya Hephaestus tentang perselingkuhannya dengan dewa perang, Ares. Helios melupakan semua dewi lain yang dia cintai sebelumnya, seperti Rhodos, Perse, dan Klymene. Klytie merasa hampa setelah ditinggalkan Helios. Karena tidak lagi dicintai, dia dicemooh oleh [Helios] "masih mencari cintanya dan bahkan sekarang menanggung luka yang dalam di hatinya." Marah dengan perlakuan Helios dan masih merindukannya, Klytie memberi tahu ayah Leucothoe, Raja Orchamus, tentang perselingkuhan itu. Karena Helios telah menodai Leucothoe, Orchamus membunuh anaknya itu dengan menguburnya hidup-hidup di pasir. Helios terlambat datang untuk menyelamatkan kekasihnya, sehingga dia mengubahnya menjadi pohon kemenyan dengan menuangkan nektar ke mayatnya, sehingga dia masih bisa menghirup wangi Leucothoe (dengan cara). Ovid tampaknya berpikir bahwa Helios memikul tanggung jawab atas kecemburuan Klytie yang berlebihan karena dia menulis bahwa hasrat Helios tidak pernah "cukup" ketika dia mencintainya.[6]
Klytie bermaksud untuk memenangkan kembali hati Helios dengan mengambil kekasih barunya, tetapi meskipun "cintanya mungkin kenestapan, dan kenestapan menimbulkan kecemburuan" tindakannya hanya membuat Helios berpaling darinya hingga tidak akan pernah kembali padanya. Dalam keputusasaan, dia menelanjangi dirinya dan duduk telanjang selama sembilan hari di bebatuan, tidak mau makanan atau minuman, terus menatap matahari, dan meratapi kepergiannya, tetapi Helios tidak pernah melihat kembali padanya. Setelah sembilan hari dia akhirnya berubah menjadi bunga ungu, heliotrope (berarti "berputarnya matahari"[7]), juga dikenal sebagai turnsole (yang dikenal tumbuh di lereng bukit berbatu yang cerah),[8] yang kepalanya selalu menatap Helios sang Matahari dengan penuh kerinduan saat dia melewati langit dengan kereta suryanya, meskipun dia tidak lagi peduli padanya. wujudnya banyak berubah, namun cintanya pada Helios tidak pernah berubah.[9]
Variasi lain
Episode ini paling lengkap diceritakan oleh penyair Romawi, Ovid, dalam puisinya Metamorphoses.[10] Versi Ovid adalah satu-satunya narasi lengkap yang bertahan dari cerita ini, tetapi menurut Lactantius Placidus, ia mendapatkan mitos ini dari penulis Yunani abad ketujuh atau keenam SM, Hesiod.[11] Seperti Ovid, Lactantius tidak menjelaskan bagaimana Klytie tahu tentang Helios dan Leucothoe, atau bagaimana Helios tahu bahwa Klytie-lah yang memberi tahu Orkhamus. Ada kemungkinan bahwa pada awalnya kisah Leucothoe dan Klytie adalah dua kisah yang berbeda sebelum digabungkan bersama dengan cerita ketiga, yaitu perselingkuhan Ares dan Aphrodite yang ditemukan oleh Helios yang kemudian memberi tahu Hephaestus, menjadi satu, baik oleh Ovid atau sumber Ovid.[12]
Salah satu paradoksografi kuno mengidentifikasi gadis yang membocorkan rahasia itu ialah saudara perempuan Leucothoe, dan nama ayah mereka Orkhomenus, tidak memberinya nama atau motivasi di balik tindakannya.[13] Orkhomenus juga merupakan nama sebuah kota di Boeotia, yang menyiratkan bahwa versi cerita ini terjadi di sana daripada di Persia.[13]Plinius Tua menulis bahwa:
Aku telah mengatakan lebih dari sekali tentang keajaiban heliotropium, yang berputar dengan matahari bahkan pada hari berawan, cinta yang begitu besar untuk itu, termasyhur. Pada malam hari ia menutup bunga birunya seolah-olah sedang berkabung.[14]
Edith Hamilton mencatat bahwa kasus Clytie unik dalam mitologi Yunani. Seorang dewa yang jatuh cinta dengan gadis fana yang menolaknya, dan seorang gadis yang mencintainya malah diabaikan.[15]
Kultur
Mirip dengan kisah Daphne yang digunakan sebagai penjelasan tentang keunggulan tanaman dalam pemujaan, kisah Klytie mungkin digunakan untuk tujuan yang sama, menghubungkan bunga heliotrop dengan pemujaan Helios.[16]
Seorang scholiast kuno menulis bahwa heliotropium tempat Klytie berubah merupakan pelestarian pertama dari cinta untuk dewa.[17]
^Hard, p. 45; Berens, p. 63; March, s.v. Helios; Gantz, p. 34; Tripp, s.v. Helius B; Grimal, s.v. Clytia; Parada, s.v. Leucothoe 2; Seyffert, s. v. Clytia; Cameron, p. 290 writes "Anonymous does not actually name he betrayer of Leucothoë—or Leucothoë's mother (Eurynome in Ovid). Both omissions are probably just consequences of the abridgement."