Kisah nyata Ah Q (阿Q正傳) atau judul dalam bahasa Inggris The True Story of Ah Q, adalah novel episodik karya Lu Xun, yang pertama kali diterbitkan secara berseri antara 4 Desember 1921 hingga 12 Februari 1922. Novel ini pada tahun 1923, dimasukkan ke dalam koleksi cerpen pertamanya yang berjudul Bersorak (吶喊, Nàhǎn) atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Call to Arms dan menjadi cerita terpanjang dalam koleksinya tersebut. Karya ini umumnya dianggap sebagai mahakarya sastra Tiongkok modern, karena sebagai novel pertama yang sepenuhnya menggunakan Bahasa Tionghoa vernakular setelah Gerakan 4 Mei tahun 1919 di Tiongkok.[1]
Novel ini pertama kali terbit di koran Berita Pagi Beijing sebagai cerita bersambung. Awalnya Lu Xun menggunakan nama samaran "Ba Ren" (巴人, "orang kasar"), sehingga hanya sedikit orang yang tahu siapa sebenarnya penulis novel ini.[2] Seri pertama diterbitkan 4 Desember 1921 dan seri berikutnya muncul setiap minggu atau terkadang setiap dua minggu, seri terakhir diterbitkan 12 Februari 1922. Novel ini terdiri dari sembilan bab.[3]
Sinopsis
Novel ini berkisah tentang "petualangan" Ah Q, seorang pria dari kelas petani pedesaan yang hanya pernah mengenyam sedikit pendidikan dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Ah Q terkenal dengan "kemenangan spiritual"-nya, istilah halus dari kebiasaan Lu Xun yang suka menipu dirinya sendiri, ketika dia mengalami kekalahan atau penghinaan yang ekstrem. Ah Q berani bahkan menjadi pengganggu bagi orang-orang yang sederajat dengannya, tetapi Ah Q sangat takut kepada mereka yang berada di atasnya, apalagi yang berpangkat dan memiliki kekuasaan. Namun, Ah Q meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia secara spiritual "lebih unggul" dari mereka bahkan saat dia menyerah pada tirani yang menindasnya. Lu Xun mengekspos kesalahan ekstrem Ah Q sebagai gejala karakter nasional Tiongkok pada masa itu. Akhir dari karya ini adalah sama-sama merasakan kepedihan dan bernuansa satire.
Alur cerita
Ah Q terkenal suka menipu dirinya sendiri karena dia percaya bahwa dia adalah pemenang setiap kali dia kalah dalam sebuah pertarungan. Adegan di Bab 2 menceritakan ketika Ah Q dipukuli dan tael perak miliknya dicuri saat dia sedang berjudi di samping teater. Dia menampar wajahnya sendiri, dan karena dia sendiri yang melakukan tamparan itu, maka dia merasa dirinya sebagai pemenang, bukan orang yang mencuri tael peraknya.
Ketika Tuan Zhao (趙太爺), seorang tuan tanah terhormat di desanya, mengalahkan Ah Q dalam suatu perkelahian, Ah Q menganggap dirinya hebat karena memiliki hubungan bahkan sampai berkelahi dengan seorang tuan tanah yang terhormat. Meskipun beberapa penduduk desa menduga Ah Q mungkin saja telah melakukan kesalahan sehingga berkelahi dengan Tuan Zhao, tetapi mereka pada umumnya tidak mempersoalkan hal itu, malah menaruh hormat kepada Ah Q.
Ada juga adegan ketika Ah Q melecehkan seorang biarawati, ia dengan sengaja mencubitnya tetapi malah menyalahkan biarawati itu. Alih-alih memarahi perilaku Ah Q, kerumunan yang ada di dekatnya malah tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Ah Q.
Suatu hari, berita tentang Revolusi Xinhai tersebar di kotanya. Ada dua keluarga tuan tanah yaitu keluarga Zhao dan Qian, mereka sengaja ikut-ikutan menjadi revolusioner demi mempertahankan kekuasaan dan harta benda mereka. Sedangkan kebanyakan orang lainnya, menyebut diri mereka sebagai "tentara revolusioner" tetapi merampok rumah tuan tanah dan orang kaya lainnya. Ah Q juga ingin bergabung dan menyebut dirinya seorang revolusioner. Tetapi ketika saatnya tiba untuk beraksi, dia malah ketiduran karena tidak ada yang membangunkannya. Akhirnya, Ah Q ditangkap sebagai kambing hitam atas penjarahan yang dilakukan oleh orang lain dan ia dijatuhi hukuman mati oleh gubernur baru.
Ketika Ah Q diminta untuk menandatangani pernyataan, dia khawatir tidak bisa menulis namanya dengan benar. Petugas menyuruhnya untuk membuat tanda lingkaran saja sebagai gantinya. Ah Q malah sangat khawatir tidak bisa menggambar lingkaran yang sempurna. Sebelum kematiannya, ia mencoba untuk bernyanyi guna menghibur orang banyak yang menyaksikan eksekusinya, tetapi dia mendadak tidak ingat sama sekali salah satu lirik lagu yang biasa dinyanyikan dalam pertunjukan opera Tiongkok. Akhirnya dia memutuskan untuk bernyanyi dengan versinya sendiri, tetapi dia hanya mampu bernyanyi satu bait saja.
Referensi
- ^ Luo, Jing. [2004] (2004). "Over a Cup of Tea: An Introduction to Chinese Life and Culture". University Press of America. ISBN 0-7618-2937-7
- ^ Davies, p. 58. "When Lu Xun's prose fiction, The True Story of Ah Q was first published as a serial in the Beijing Morning News supplement in 1921, it was a tremendous success and readers throughout China were intrigued by the question of whether the portrayal of Ah Q was based on a real person. The disturbing realism of Lu Xun's story, according to Gao Yihan, led many people to suspect that the incidents related in the tale referred to them:"
- ^ Tambling, p. 57.