Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 Sampul edisi Indonesia |
Pengarang | Cho Nam-joo |
---|
Negara | Korea Selatan |
---|
Bahasa | Korea |
---|
Genre | Novel |
---|
Penerbit | Minumsa |
---|
Tanggal terbit | Oktober 2016 |
---|
Jenis media | Sampul keras |
---|
Halaman | 192 |
---|
ISBN | ISBN 9788937473135 |
---|
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 atau Kim Ji-young, Born 1982 (Hangul: 82년생 김지영) adalah sebuah novel karya Cho Nam-joo yang diterbitkan oleh Minumsa pada Oktober 2016. Novel tersebut terjual lebih dari 1 juta salinan pada 27 November 2018, menjadikannya novel Korea berpenjualan jutaan pertama sejak Please Look After Mom karya Shin Kyung-sook pada 2009.[1][2] Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 adalah novel sensasional dari Korea Selatan yang ramai dibicarakan di seluruh dunia. Kisah kehidupan seorang perempuan muda yang terlahir di akhir abad ke-20 ini membangkitkan pertanyaan-pertanyaan tentang praktik misoginis dan penindasan institusional yang relevan bagi kita semua [3].
Korea di tahun 1982. Orang tua lebih menyukai anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Para menantu perempuan akan merasa malu dan bersalah jika tak memberi mertua mereka cucu laki-laki. Di tahun itulah, Kim Ji-yeong lahir. Sang ibu memeluknya seraya meminta maaf kepada ibu mertua karena sekali lagi melahirkan cucu perempuan. “Tidak apa-apa. Anak ketiga mungkin laki-laki,” kata si ibu mertua, enteng saja; tak memberi selamat atas kelahiran cucu keduanya. Belum genap setahun usia Ji-yeong, ibunya kembali hamil. Malang, janin yang dikandung sekali lagi perempuan. Kali ini ibu Ji-yeong tak sanggup menanggung malu. Dia memilih aborsi. Lima tahun berlalu, ibu Ji-yeong akhirnya melahirkan adik laki-laki. Tapi, ini justru awal derita Ji-yeong dan kakak perempuannya. Anak laki-laki bak raja di keluarga Korea. Segala keperluannya diutamakan. Anak perempuan harus berkorban demi anak laki-laki: mengalah jika uang orang tua tak cukup dan bahkan bekerja paruh waktu demi membantu pendidikan anak laki-laki. Novel Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 menggambarkan ketimpangan pandangan dan perlakuan terhadap perempuan. Ketimpangan sehari-hari dan di mana-mana: di rumah, sekolah, kantor, dan ruang publik [4].