Kerusuhan Hep-Hep

Kerusuhan tahun 1819 di Frankfurt. Di sebelah kiri, dua petani wanita menyerang seorang Yahudi, sementara di sebelah kanan seorang laki-laki sedang mencekik seorang Yahudi dan bersiap-siap untuk menghajarnya dengan tongkat. Pada saat yang sama, rumah-rumah orang Yahudi dijarah.

Kerusuhan Hep-Hep adalah serangan terhadap orang Yahudi Ashkenazi yang berlangsung dari Agustus hingga Oktober 1819 dan bermula di Kerajaan Bayern pada masa emansipasi Yahudi di Konfederasi Jerman. Kekerasan antisemit meletus pada tanggal 2 Agustus 1819 di Würzburg dan kemudian menyebar ke wilayah-wilayah Jerman lainnya. Akibatnya, banyak orang Yahudi yang tewas dan harta benda mereka dihancurkan.

Kerusuhan ini terjadi di tengah ketegangan politik dan sosial yang tinggi setelah berakhirnya peperangan era Napoleon pada tahun 1815 dan bencana kelaparan tahun 1816-17, serta pada masa pemberlakuan dekret-dekret Karlsbad yang menindas kebebasan berbicara.[1] Di kota-kota Jerman, emansipasi Yahudi baru saja dimulai setelah mereka tinggal sebagai warga kelas dua dengan hak-hak yang terbatas. Status Yahudi di negara-negara dan kota-kota merdeka Jerman berbeda-beda; beberapa telah mencabut maklumat emansipasi, sementara yang lainnya tidak mencabutnya tetapi mengabaikannya. Di banyak wilayah Jerman, orang Yahudi tidak boleh menjabat di pemerintahan dan militer dan dilarang mengajar di sekolah dan universitas. Orang Yahudi sendiri secara resmi meminta emansipasi di Kongres Wina (1815), tetapi akademisi dan politikus Jerman menentangnya habis-habisan. Di sisi lain, setelah orang Yahudi diemansipasi, mereka menjadi pesaing perserikatan Kristen.

"Hep-Hep" adalah teriakan para pelaku kerusuhan. Kemungkinan hep-hep didasarkan pada teriakan tradisional para gembala Jerman.[2][3] Menurut teori lain, hep-hep adalah singkatan dalam bahasa Latin "Hierosolyma est perdita" yang berarti "Jerusalem lepas", yang diklaim (tanpa bukti) sebagai teriakan Tentara Salib.[2][3][4]

Kerusuhan ini memperparah ketegangan antara Jerman dan Yahudi. Sementara itu, banyak pendukung emansipasi Yahudi yang berkeyakinan bahwa orang Yahudi harus berasimilasi agar dapat sepenuhnya menjadi "orang Jerman".

Catatan kaki

Pranala luar