Kepulauan Sipora merupakan salah satu dari tiga gugusan pulau utama yang membentuk Kepulauan Mentawai, sebuah gugusan pulau yang terletak di Samudra Indonesia, di lepas pantai barat Pulau Sumatra, Indonesia. Selain Sipora, kepuluan utama lainnya adalah Siberut dan Pagai. Di antara ketiga kepulauan ini, Sipora adalah yang terkecil, namun memiliki keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya yang unik. Kepulauan ini sering kali dianggap sebagai surga bagi para peselancar dunia, berkat ombak besar yang konsisten, terutama di beberapa pantai yang sudah terkenal seperti Teluk Katiet dan pantai di sekitar desa Mapadegat.
Letak strategis Kepulauan Sipora membuatnya menjadi pusat administrasi Kabupaten Kepulauan Mentawai, dengan Tua Pejat sebagai ibu kota kabupaten. Meskipun ukurannya tidak sebesar Siberut, Pulau Sipora memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan di wilayah tersebut. Akses menuju pulau ini biasanya dilakukan melalui kapal cepat dari Padang, ibu kota Sumatra Barat.
Kepulauan Sipora dikelilingi oleh hutan tropis yang masih alami dan pantai-pantai berpasir putih. Selain dikenal sebagai destinasi surfing kelas dunia, pulau ini juga menawarkan berbagai kegiatan alam lainnya, seperti snorkeling, menyelam, dan trekking di hutan. Ekosistem laut di sekitar pulau sangat kaya, dengan terumbu karang yang indah dan beragam spesies ikan.
Masyarakat asli Mentawai yang mendiami Kepulauan Sipora memiliki budaya yang kaya dan tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Mereka dikenal dengan kepercayaan animisme dan tradisi tato tubuh yang khas. Rumah tradisional mereka, yang disebut "Uma," berfungsi sebagai pusat kehidupan sosial dan spiritual.
Meskipun memiliki pesona alam dan budaya yang luar biasa, Kepulauan Sipora masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait infrastruktur dan aksesibilitas. Wilayah ini sering kali terkena dampak bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami, mengingat lokasinya yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik. Namun, dengan segala tantangan tersebut, potensi pariwisata dan keindahan alam Kepulauan Sipora tetap menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional.
Dengan semakin berkembangnya pariwisata di wilayah ini, pemerintah dan masyarakat setempat berusaha menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan, agar keindahan dan kekayaan alam serta budaya Kepulauan Sipora tetap lestari untuk generasi mendatang.
Pulau
Transportasi
Udara
Laut
Desa
Sekolah
SMA
- SMAN 1 Sipora
- SMAN 2 Sipora
- SMAS Penabur Berkat
- MAS Mardhatillah
- SMKN 1 Kepulauan Mentawai
SMP
- SMPN 1 Sipora Utara
- SMPN 2 Sipora
- SMP Integral Hidayatullah Mentawai
- SMPK Cahaya Bangsa Tuapejat
- SMP Santo Petrus Tuapejat
- MTsN 1 Kepulauan Mentawai
- SMPN 1 Sipora
- SMPN 2 Sipora Selatan
- SMPN 3 Sipora Selatan
SD
- SDN 03 Beriuluo
- SDN 27 Beriulou
- SDN 01 Sioban
- SDS Santo Yosep
- SDN 02 Nemnemleleu
- SDN 07 Nemnemleleu
- SDN 04 Bosua
- SDN 14 Bosua
- SDN 25 Bosua
- SDN 06 Saureinu
- SDN 09 Saureinu
- SDN 08 Matobe
- SDN 19 Matobe
- SDN 10 Mara
- SDN 20 Mara
- SDN 05 Goisooinan
- SDN 21 Goissoinan
- SDK Cahaya Bangsa
- SDS Santo Petrus
- SDN 11 Tuapejat
- SDN 13 Tuapejat
- SDN 16 Tuapejat
- SDN 17 Tuapejat
- SDN 18 Tuapejat
- SDN 22 Tuapejat
- SDN 23 Tuapejat
- SDN 26 Tuapejat
- SDN 12 Betumonga
- SDN 15 Betumonga
- SDN 24 Betumonga
Daftar Pustaka
Buku
- Bakker, Laurens. The Struggle for Land and Justice in Indonesia: Indigenous Land Rights and the Mentawai Community. Leiden: Brill, 2014.
- Nooy-Palm, Hetty. The Cultural Ecology of the Mentawai Islands. Cambridge: Cambridge University Press, 1968.
- Persoon, Gerard A. In the Shadow of the Forest: Indigenous Cultures and Development in Indonesia. Leiden: Research School of Asian, African, and Amerindian Studies, CNWS, 1998.
- Schefold, Reimar. Mentawai Shaman: Keeper of the Rain Forest. Singapore: Editions Didier Millet, 1999.