Kelutum
Kelutum (Artocarpus altissimus) adalah sejenis pohon penghasil kayu anggota suku Moraceae. Nama-nama lainnya adalah kelutum ketan atau kelutum nangka.[1] Juga disebut lempato, tumbuhan ini menyebar terbatas di Sumatra dan Kalimantan Barat.[2] PengenalanPohon berukuran sedang yang menggugurkan daun; tinggi hingga 30 m, batang bebas cabang bisa mencapai 20 m dan gemang batang hingga 300 cm; berbanir menyolok. Daun penumpu membungkus ujung ranting. Daun-daun bundar telur, hingga bundar telur lonjong atau bundar-telur-terbalik lonjong; sedikit berbulu terutama di sisi bawah di sekitar urat-urat daun; urat daun 5-9 pasang. Bongkol bunga jantan serupa peluru atau silindris, garis tengahnya 2-3 mm, bertangkai 5–7 mm.[2] Kelutum tumbuh di hutan hujan tropika hingga ketinggian 550 m dpl.[2] Ia terutama tumbuh pada tanah-tanah yang tinggi.[1] KayuKayu kelutum dalam perdagangan digolongkan sebagai kayu terap atau keledang. Densitas kayunya tercatat antara 370 – 490 kg/m3 pada kadar air 15%.[2] Heyne mencatat bahwa kayu teras kelutum berwarna coklelat, padat, dan berserat lurus; mudah untuk dikerjakan. Kelutum termasuk golongan kayu raja dan digunakan untuk membuat pencalang (perahu yang dibuat dari satu batang pohon); yang panjangnya dapat mencapai 20 m dan lebarnya 2½ – 3 m. Konon, perahu semacam ini dapat bertahan hingga 50-60 tahun. Karena keawetannya yang tinggi dan ketahanannya terhadap cacing laut (teredo), kayu kelutum biasa dipakai sebagai tiang rumah, balok dan papan lantai, serta perancah (steiger) di laut.[1] Catatan kaki
Pranala luar
|