Kelistrikan di IndonesiaKelistrikan di Indonesia utamanya menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber pembangkitan listrik pada unit pembangkit listrik. Pada tahun 2015, kapasitas penyediaan tenaga listrik di Indonesia mencapai 233,9 GWh. Standar tegangan listrik di Indonesia adalah 220 Volt dan 380 Volt. Pada tahun 2020, rasio elektrifikasi di Indonesia mencapai 98,93%. Pembangkitan listrikSektor pembangkit listrik menempati posisi kedua setelah sektor transportasi dalam penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia. Pada tahun 2015, pembangkit listrik di Indonesia menghabiskan 33.000 setara barel minyak.[1] Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia dibangun di Pulau Jawa dan Bali karena jumlah konsumen listrik terbanyak di Indonesia berada di kedua pulau tersebut.[2] Penyediaan tenaga listrikPenyediaan tenaga listrik di Indonesia mencapai 233,9 GWh pada tahun 2015.[3] Spesifikasi teknisStandar tegangan listrikStandar tegangan listrik yang berlaku di Indonesia ada dua yaitu 220 Volt dan 380 Volt. Nilai tegangan 220 Volt berlaku pada sistem kelistrikan satu fasa, sedangkan nilai tegangan 380 Volt berlaku pada sistem kelistrikan tiga fasa.[4] Rasio elektrifikasiRasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 78,06% berdasarkan datat statistik dari Perusahaan Listrik Negara.[5] Pada tahun 2020, rasio elektrifikasi di Indonesia telah mencapai 98,93%. Namun terjadi kesenjangan rasio antara kawasan Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Wilayah Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara pada tahun 2020 belum mencapai rasio elektrifikasi sebesar 80%.[6] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|