Kekhanan AstrakhanKekhanan Astrakhan atau Xacitarxan atau Haji-Tarkhan adalah sebuah negara Tatar[1] yang muncul pada masa bubarnya Gerombolan Emas. Kekhanan tersebut berdiri pada abad ke-15 dan ke-16 di muara sungai Volga, yang berpusat di Haji-Tarkhan, daerah sekitar Astrakhan. Para khan Astrakhan mengklaim bahwa mereka merupakan keturunan Toqa Temür[2] yang merupakan anak ketiga belas Jochi sekaligus cucu Genghis Khan. SejarahKekhanan Astrakhan disebut berdiri pada pertengahan abad ke-15, tetapi tidak sepenuhnya independen dari Gerombolan Emas sebelum keruntuhannya pada 1502. Pada 1459, penguasa Gerombolan Emas, Küchük Muhammad, wafat dan kekuasaannya terbagi kepada dua orang anaknya: Ahmed Khan bin Küchük (kalah dari Rusia pada 1480) dan Mahmud bin Küchük (berkuasa di Haji-Tarkhan). Kekhanan Astrakhan kemudian didirikan oleh Mahmud atau anaknya, Qasim I. Lokasi Haji-Tarkhan yang strategis mendorong terjadinya pemulihan hubungan dagang dengan Khorezm, Bukhara, dan Kazan, dan berbagai wilayah lainnya, termasuk dalam perdagangan budak. Budak-budak dibawa ke Haji-Tarkhan dari Krimea, Kazan, Gerombolan Emas, dan Gerombolan Nogai. Pada rezim Qasim I, hubungan dagang juga mulai dijalin dengan Keharyapatihan Moskow. Pada masa kekuasaan Ivan III di Moskow, setiap tahun dikirimkan kapal melalui sungai-sungai menuju Haji-Tarkhan untuk mendapatkan garam bagi persediaan Moskow.[3] Takluk terhadap RusiaSetelah menaklukkan Kekhanan Kazan dan mengambil alih ibu kotanya, Tsar Ivan IV memutuskan untuk memasukkan negara-negara tetangga selatan Rusia ke dalam kekuasaannya, salah satunya Astrakhan. Dari sisi geopolitik, penguasaan terhadap Astrakhan akan memungkinkan penguasaan total terhadap lembah sungai Volga dan akses langsung terhadap Laut Kaspia. Selain itu, rencana tersebut juga memiliki alasan khusus, yaitu penangkapan duta-duta Moskow oleh Khan Yamgurchey. Pada musim semi 1554, pasukan pimpinan Pangeran Pronsky bergerak menuju Haji-Tarkhan. Ketika pasukan sampai di kota tersebut, Yamgurchey tidak melawan dan kabur ke Azov sehingga pasukan Rusia dapat menguasai kota tanpa perlawanan berarti. Selanjutnya, Khan Dervish-Ali, lawan Yamgurchey dan sekutu Tsar Rusia, berkuasa di Haji-Tarkhan dan menjanjikan dukungan terhadap Moskow. Namun, Dervish-Ali pada 1556 berpindah keberpihakan kepada musuh bebuyutan Moskow, Kekhanan Krimea dan Kesultanan Usmaniyah. Akibatnya, Rusia berencana kembali melancarkan serangan terhadap Astrakhan. Kampanye militer pun dilakukan di bawah pimpinan panglima Ivan Cheremisinov dengan dukungan kaum Kazaki Don yang membuat Astrakhan dapat diduduki pada 2 Juli, kembali tanpa perlawanan berarti. Pada akhirnya, Astrakhan berada di dalam penguasaan penuh Kekaisaran Rusia.[4] Sosial budayaKekhanan Astrakhan paling banyak dihuni oleh penduduk bangsa Tatar,[5] khususnya Tatar Astrakhan dan Nogai. Bahasa yang umum digunakan oleh penduduknya adalah rumpun bahasa Kipchak, terutama Chagatai. Di Kekhanan Astrakhan, dapat dijumpai adanya struktur kelas sosial dalam masyarakat. Terdapat pemeringkatan bangsawan di Astrakhan, dengan tingkatan dari paling tinggi ke paling rendah adalah khan, sultan, bey, dan morzalar. Sebagian besar masyarakat Astrakhan adalah rakyat jelata yang diistilahkan sebagai qara xalıq 'orang hitam'. Agama resmi Kekhanan Astrakhan adalah Islam Sunni. Setelah ditaklukkan oleh Rusia pada 1556, dominasi agama tersebut digantikan oleh Kristen Ortodoks Rusia. Meskipun demikian, di wilayah Oblast Astrakhan hingga era kontemporer masih terdapat minoritas penganut agama Islam.[6] Referensi
|