Kekaisaran Anjou

Kekaisaran Anjou

Empire Plantagenêt[a]
1154–1242
Panji kerajaan Inggris: bendera merah dengan tiga singa emas pucat berlalu lalang dengan cakar dan lidah biru, masing-masing pada barisnya sendiri.
Panji kerajaan
(digunakan pertama kali setelah 1198)
Lambang kerajaan Inggris: di perisai merah tiga singa emas pucat berlalu lalang dengan cakar dan lidah biru, masing-masing pada barisnya sendiri.
Lambang kebesaran kerajaan
Kekaisaran Anjou pada tahun 1190
Kekaisaran Anjou pada tahun 1190
StatusMonarki gabungan[3]
Ibu kotaTidak ada ibu kota resmi. Pengadilan biasanya diadakan di Angers dan Chinon.
Bahasa resmiPrancis Kuno[4] • Latin Abad Pertengahan[b]
Bahasa daerah
Agama
Katolik Roma (resmi)
PemerintahanMonarki feodal
Raja, Adipati, Kont dan Tuan 
• 1154–1189
Henry II
• 1189–1199
Richard I
• 1154–1204 (hanya Aquitaine)
Aliénor dari Aquitaine
• 1199–1214
John
Era SejarahAbad Pertengahan
• Henry II mewarisi Kerajaan Inggris
25 Oktober 1154
1169–1177
1202–1204
28 September 1242
Mata uangLivre Prancis, sen perak, sen emas
Sekarang bagian dari
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kekaisaran Anjou (bahasa Inggris: Angevin Empire, bahasa Prancis: Empire Plantagenêt) adalah berbagai wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh Wangsa Plantagenet selama abad ke-12 hingga ke-13, ketika mereka menguasai wilayah yang kira-kira meliputi seluruh Inggris masa kini, separuh Prancis, dan bagian-bagian dari Irlandia dan Wales, dan lebih jauh lagi memiliki pengaruh di sebagian besar bagian lain Kepulauan Britania. Ini dapat dideskripsikan sebagai contoh awal dari sebuah monarki gabungan.[5] Kekaisaran ini didirikan oleh Henry II dari Inggris, ia menggantikan ayahnya, Geoffrey sebagai Adipati Normandia dan Kont Anjou. Henry menikah dengan Aliénor dari Aquitaine pada tahun 1152, memperoleh Kadipaten Aquitaine, dan mewarisi klaim atas takhta Inggris oleh ibu Henry yang bernama Maharani Matilda, menggantikan saingan Henry, yaitu Stephen, pada tahun 1154. Meskipun gelar pangkat tertinggi mereka berasal dari Kerajaan Inggris, Plantagenet menguasai istana terutama di kontinental di Angers, Anjou, dan di Chinon, Touraine.

Pengaruh dan kekuasaan dari raja-raja Inggris dari Anjou membawa mereka ke dalam konflik dengan raja-raja Prancis dari Wangsa Kapet, mereka juga berhutang penghormatan feodal kepada raja-raja Prancis terkait wilayah kekuasaan mereka di Prancis, membawa masuk ke periode persaingan antara dua dinasti. Meskipun kekuasaan Anjou sangat luas, putra Henry yang bernama John dikalahkan dalam Perang Inggris–Prancis (1213–1214) oleh Philippe II dari Prancis setelah Pertempuran Bouvines. John hilang kendali atas sebagian besar wilayah kekuasaannya di kontinental, selain Guyenne dan Gaskonia di Aquitaine selatan. Kekalahan ini memicu konflik lebih lanjut antara Inggris dan Prancis, mengarah pada Perang Seratus Tahun (1337-1453), di mana Inggris untuk sementara waktu akan menegakkan kembali kekuasaan Inggris atas sebagian besar Prancis barat, tengah dan utara, sebelum kehilangan wilayah kekuasaannya lagi, kali ini untuk selamanya.

Bacaan lebih lanjut

  • Madeline, Fanny (2021). How to map the Angevin Empire?
  • Noblesse de l'espace Plantagenêt (1154–1224), editions Civilisations Medievales; it's a collection of essays by various French and English historians on the Angevin ruling class. It's a bilingual sourcebook which articles in French or English (but not both at a time).
  • The Plantagenet Chronicles by Elizabeth Hallam. This book tells the history of the Angevin Dynasty and it is written in English.
  • L'idéologie Plantagenêt : royauté arthurienne et monarchie politique dans l'espace Plantagenêt (XIIe–XIIIe siècles), Amaury Chauou (in French), Rennes, Presses universitaires de Rennes, coll. « Histoire », 2001, 324 p. ISBN 2-86847-583-3.
  1. ^ Holt, James Clarke (1975). The End of the Anglo-Norman Realm. Oxford University Press. hlm. 229. ISBN 9780197257302. 
  2. ^ Aurell, Martin (2003). L'Empire des Plantagenêt, 1154–1242. Perrin. hlm. 1. ISBN 9782262019853. 
  3. ^ John H. Elliott (2018). Scots and Catalans: Union and Disunion. Yale University Press. hlm. 31. ISBN 9780300240719. 
  4. ^ Wood, Michael. "William the Conqueror: A Thorough Revolutionary". BBC History. Diakses tanggal 20 January 2015. Robert of Gloucester: 'The Normans could then speak nothing but their own language, and spoke French as they did at home and also taught their children. So that the upper class of the country that is descended from them stick to the language they got from home, therefore unless a person knows French he is little thought of. But the lower class stick to English and their own language even now.' 
  5. ^ Elliott (2018), p. 10: "Another such composite monarchy was that inherited by James VI of Scotland from Elizabeth I in 1603, although, until James succeeded to the English throne, this was a composite monarchy made up of conquered rather than inherited lands. Twelfth-century England itself formed part of a composite state, straddling the British Isles and France, that was later to be known as the Angevin Empire, but the French connection did not prevent Henry II (r.1154–89) from asserting, or more correctly reasserting, the claims of his predecessors to English overlordship over all of Britain".


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan