Kecepatan peluru adalah kecepatan proyektil pada saat ia meninggalkan ujung/moncong senjata api.[1] Kecepatan peluru berkisar dari sekitar 300 m/s (980 ft/s) hingga 500 m/s (1.600 ft/s) pada senjata musket yang menggunakan bubuk hitam (mesiu), sampai lebih dari 4.000 ft/s (1.200 m/s) pada senjata modern dengan magazen performa tinggi contohnya seperti .220 Swift dan .204 Ruger, terakhir sampai 5.700 ft/s (1.700 m/s) untuk meriam tank yang menembak amunisi penembus berenergi kinetik. Percepatan suatu proyektil adalah paling tinggi di moncong, dan mulai turun karena efek udara.
Pada meriam konvensional, kecepatan peluru ditentukan oleh mutu (kecepatan pembakaran, perluasan) dan kuantitas bahan pembakar, massa proyektil, serta panjang laras. Bahan pembakar yang terbakar lambat memerlukan laras yang lebih panjang untuk membakar sepenuhnya, tetapi ada cara lain yaitu menggunakan suatu proyektil lebih berat. Suatu bahan pembakar yang terbakar lebih cepat dapat mempercepat peluncuran proyektil kecil ke kecepatan yang lebih tinggi jika jumlah bahan pembakarnya yang digunakan sama. Pada suatu senjata, tekanan dari hasil proses pembakaran adalah suatu faktor yang membatasi percepatan proyektil. Keseimbangan antara mutu bahan pembakar dan kuantitas, massa proyektil dan panjangnya laras harus ditemukan jika keduanya aman dan performa optimal.
Laras yang lebih panjang memberikan kekuatan dorong lebih banyak pada bahan pembakar saat mendorong peluru. Karena alasan inilah laras lebih panjang yang biasanya memiliki percepatan lebih tinggi, yang lain tetap sama. Walaupun gerakan peluru menuruni bore, tetapi, dibalik itu tekanan gas bahan pembakar berkurang. Dengan suatu laras yang cukup panjang, akhirnya akan ada titik di mana gesekan antara peluru dengan laras, dan hambatan udara, dibalik itu akan sama dengan kekuatan tekanan gas, dan sejak saat itu, kecepatan peluru akan menurun.
Referensi