Katak-tanduk jawa (Megophrys montana), atau nama umumnya katak bertanduk, bangkong bertanduk, adalah sejenis kodok dari suku Megophryidae. Disebut demikian karena katak ini memiliki tonjolan kulit di atas moncong dan kedua matanya yang "menyerupai tanduk",[4]:36 serta menyebar terbatas (endemik) di Pulau Jawa.[1][5] Sementara nama spesiesnya, montana, menunjuk kepada habitatnya di gunung-gunung.[4]:36 Nama-namanya dalam bahasa Inggris adalah Javan Horned Frog, Asian Horned Frog, dan juga Asian Spadefoot Toad.[5]
Pemerian
Katak yang bertubuh besar dan kekar, kepala besar dengan runcingan kulit di atas kedua mata dan di ujung moncong.[4]:36 Sepasang runcingan kulit yang lain, yang lebih kecil, terdapat di ujung-ujung rahang. Ukuran tubuh umumnya sedang sampai besar, katak betina bisa mencapai 95 mm; katak jantan lebih kecil daripada betinanya.[6]:40
Dorsal (bagian punggung) berkulit halus, coklat pucat kemerahan sampai coklat tua,[4]:36 dengan sepasang lipatan kulit di punggung,[6]:41 mulai dari bagian tengkuk hingga ke pinggang. Sering dengan sepasang bintil hitam kecil di pundak. Kadang-kadang terdapat sepasang lipatan kulit yang lebih samar dan lebih pendek di masing-masing sisi lateral tubuh, di belakang tangan hingga ke pinggang. Kaki dan tangan lebih kekuningan, dengan lipatan-lipatan kulit melintang bertepi hitam, membentuk coret-coret hitam. Satu coret hitam miring melintasi mata, dan bawah mata.[7]:10Iris mata berwarna kemerahan.
Ventral (sisi bawah tubuh) abu-abu keputihan atau krem, dengan bintil-bintil agak kasar. Bagian depan kecoklatan kotor, dengan bercak-bercak dan bintik-bintik hitam yang kurang lebih simetris di dagu, leher, tangan dan kaki.[4]:36[7]:10
Jari-jari dengan ujung tumpul atau sedikit menggembung. Jari pertama tungkai depan sama atau sedikit lebih panjang dari jari kedua, yang sama panjang dengan jari keempat. Jari ketiga tungkai belakang jauh lebih panjang daripada jari kelima. Selaput renang di kaki sangat pendek, paling jauh hingga seperempat jari.[7]:9
Kebiasaan dan penyebaran
Penyamaran yang sempurna dari warna dan bentuk tubuh katak ini di lantai hutan, menyebabkan bangkong bertanduk sulit dikenali di siang hari. Katak ini kerap bersembunyi di bawah serasah hutan, dan baru pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan hingga ke pinggiran sungai. Berudu katak bertanduk memiliki mulut serupa corong, biasanya ditemukan di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus.
M. montana menyebar terbatas di Jawa,[1] terutama didapati di pegunungan, hingga lk. 2.000 m dpl.[7] Populasi di Sumatera Barat masih diragukan identitasnya.
Lokalitas tipe
Spesimen tipe dikoleksi dari "Pjihorjavor", aan de voet van den Pangerango (di kaki G. Pangrango).[2][3] Pada penerbitan lain di tahun yang sama, lokalitas itu ditulis sebagai "Tjchorjavor";[8]:472 kemungkinan merujuk pada Tjihanjawar (Cihanyawar) di lereng bawah sebelah barat daya G. Pangrango.
^ abKuhl, H. & J.C. van Hasselt (1822). "Uittreksels uit brieven van de Heeren Kuhl en Van Hasselt, aan de Heeren C.J. Temminck, Th. van Swinderen en W. de Haan". Algemeene Konst- en Letterbode, 7:99-104. (versi kompilasi: p.11)
^ abFrost, Darrel R. (2021). Amphibian Species of the World: an Online Reference. Version 6.1. Electronic Database accessible at https://amphibiansoftheworld.amnh.org/index.php. American Museum of Natural History, New York, USA. doi.org/10.5531/db.vz.0001 (Megophrys montana, accessed on 13/07/2021)
^ abcdeIskandar, D.T. (1998). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
^Kuhl, H., & J.C. Van Hasselt (1822). "Aus einem Schreiben von Dr. Kuhl und Dr. Van Hasselt aus Java, an Professor Th. van Swinberen zu Gronigen". Isis von Oken10:472–6.