Daun bagian atas yang berwarna merah sesuai dengan warna-warni hiasan Natal, meskipun terdapat pula forma yang daun bagian atasnya berwarna putih dan hijau muda. Di kawasan empat-musim, kastuba digunakan sebagai tanaman hias pengganti bunga yang sulit didapat di musim dingin.
Dalam folklor Amerika Selatan, kastuba merupakan tokoh utama dalam mitos penciptaan yang dipercaya Suku Maya sebagai makhluk perkasa dari dunia lain. Dalam bahasa Náhuatl, tanaman ini disebut cuitlaxochitl (bunga kotoran), karena benihnya tumbuh di atas kotoran burung yang makan biji kastuba. Dalam bahasa Spanyol, tanaman ini disebut disebut flor de pascua (bunga Paskah), flor de nochebuena (bunga malam Natal), atau arbolito de navidad (tumbuhan Natal).
Deskripsi
Tanaman perdu ini memiliki tinggi 60 cm hingga 4 meter. Daun berbentuk oval, berwarna hijau tua, dengan panjang sekitar 7–16 cm. Bunga yang disebut cyathia bergerombol di ujung batang tersusun dalam rangkaian dan tidak mempunyai daun mahkota, tetapi di bawahnya terdapat daun bagian atas (disebut braktea) yang berwarna merah tua, merah jambu, dan putih. Daun tanaman bagian atas yang berwarna menarik inilah yang sering disangka sebagai bunga.
Budidaya
Di luar kawasan tropika, tanaman ini dibudidayakan di dalam rumah kaca. Tanaman menyenangi sinar matahari pagi, tetapi senang keteduhan di saat hari mulai panas. Di negara beriklim sejuk, tanaman tidak tahan cuaca dingin di bawah 10 °C dan tidak sesuai untuk ditanam di luar ruangan.
Keluarga Paul Ecke dari Encinitas California terkenal sebagai penghasil varietas kastuba yang rimbun dan berwarna terang. Dari lebih 100 varietas yang ada, varietas dengan daun bagian atas berwarna merah menyala tua (varietas Freedom, Barbara Ecke Supreme, Mrs Paul Ecke, dan Angelica) disukai sebagai tanaman hias untuk menyambut perayaan Natal. Beberapa varietas yang kurang populer memiliki daun bagian atas berwarna merah jambu (Dorothe), putih, dan krem (Regina, Ecke's White). Selain itu juga terdapat varietas dengan daun berwarna oranye, hijau muda, dan campuran warna krem dan merah menyala.[1]
Setelah dipelihara beberapa lama, Kastuba sering tidak mau lagi berdaun merah seperti waktu baru dibeli. Tanaman perlu diletakkan di tempat gelap dalam jangka waktu lama agar mau berbunga. Malam yang panjang di musim gugur diperlukan bagi tanaman agar bisa berbunga, dan tanaman tidak mau berbunga walaupun cuma sedikit saja terkena cahaya di waktu malam. Di daerah tropis, tanaman yang tidak mau berdaun merah bisa diakali dengan menutup bagian atas tanaman dengan kain atau plastik hitam dan dijauhkan dari sinar matahari.
Kastuba bisa diperbanyak dengan stek, potongan cabang yang tua direndam di dalam wadah berisi air sebelum ditancapkan ke dalam media tanam yang terdiri dari campuran tanah dan pasir. Sebelum dimasukkan ke wadah berisi air, getah yang ada pada batang harus dilap lebih dulu.
Legenda
Kebiasaan menjadikan kastuba sebagai hiasan Natal dimulai dari legenda Meksiko. Konon seorang anak miskin tidak mampu memberi hadiah Natal bagi Kristus. Di malam Natal, anak itu mencabut tanaman dari pinggir jalan karena teringat nasihat yang pernah didengarnya, bahwa apa pun hadiahnya asal diberikan dengan hati yang tulus, Tuhan pasti berkenan. Ketika tanaman yang ternyata adalah kastuba dibawa masuk ke dalam gereja, daun-daunnya berubah menjadi merah dengan bunga berwarna hijau. Umat yang mengikuti misa merasa telah menyaksikan keajaiban Natal.
Suku Aztek menganggap kastuba sebagai lambang kesucian. Berabad-abad kemudian, pendatang di Meksiko yang beragama Kristen menggunakan kastuba sebagai bunga hiasan Natal.
Cynthia Crossen, "Holiday's Ubiquitous Houseplant," Wall Street Journal, December 19, 2000.
^"Poinsettia/Kastuba (Euphorbia pulcherrima)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-25. Diakses tanggal 2006-12-05.Parameter |accessdaymonth= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan)