Kampung Girang |
---|
Genre | |
---|
Pembuat | Citra Sinema |
---|
Sutradara | Muhammad M. Gumilang |
---|
Pemeran | |
---|
Lagu pembuka | "Lain Dulu Lain Sekarang" oleh Ina Bartheen |
---|
Lagu penutup | "Lain Dulu Lain Sekarang" oleh Ina Bartheen |
---|
Negara asal | Indonesia |
---|
Bahasa asli | Bahasa Indonesia |
---|
Jmlh. musim | 1 |
---|
Jmlh. episode | 26 (daftar episode) |
---|
|
Produser eksekutif | Giselawaty Wiranegara |
---|
Produser | Poerya Langga |
---|
Pengaturan kamera | Multi-kamera |
---|
Durasi | 20 menit |
---|
Rumah produksi | Citra Sinema |
---|
Distributor | Trans Media |
---|
|
Jaringan | TV7 |
---|
Rilis | 2004 – 2004 |
---|
Kampung Girang adalah serial televisi Indonesia produksi Citra Sinema yang ditayangkan perdana tahun 2004 pukul 19.30 WIB di TV7. Serial ini disutradarai oleh Muhammad M. Gumilang dan dibintangi oleh Opie Kumis, Cici Tegal dan Anya Dwinov.
Sinopsis
Secara umum, alur cerita serial Kampung Girang tidak jauh berbeda dengan sinetron-sinetron bertema Betawi lainnya yang booming pada era tahun saat itu.
Sebagai sebuah sinetron komedi fragmental 30 menit, sketsa kehidupan masyarakat pinggiran disekitar Bekasi yang tak jauh dari kawasan industri. Potret keseharian interaksi penduduk local dan kaum pendatang. Refleksi kondisi social-politik-ekonomi dan persinggungan budaya di wilayah perbatasan Jawa Barat–DKI Jakarta. Kultur sosial-budaya warisan zaman agraris yang dulu-dulu, sekarang sudah menjadi lain, tergerus proses benturan simultan era industri dan era informasi. Berbagai fenomena multi-krisis awal Abad 21 di dekat pusat Republik Indonesia ini, dikemas dalam kacamata filosofis: "Hidup ini komedi, bukan tragedi. Semua butuh humor, karena humor melipur segalanya"
Lokasi lakon ini berlangsung di seputar rumah Mpok Leha dan sederet rumah petak miliknya yang disewakan pada Bang Oleng dan Uda Sikumbang serta rumah satu petak yang sering kosong karena gonta-ganti penyewa. Di dekat situ ada tanah kosong yang berstatus dalam sengketa. Ada pagar seng yang membatasi sebuah lahan yang dikuasai Bank, lalu ada pagar tembok tinggi sebuah pabrik sepatu.
Kampung Girang, di samping bergulir di seputar karakter dan gelitik interaksi kultur para tokoh lakon, sudah barang tentu tak luput dari refleksi perkembangan peristiwa maupun bewrbagai tren gaya hidup yang berlangsung di tanah air. Dari lubuk hati dengan bahasa komedi yang renyah dan gampang di cerna. Seperti kata pepatah: "Berlugu kita lucu, berdarah kita ogah!"
Pemeran
Peninggalan
Salah satu episode Kampung Girang yaitu episode ke-21 sempat digunakan sebagai referensi oleh Roy Suryo dalam menyikapi perdebatan kata mudik vs. pulang kampung menjelang Idul Fitri di tahun 2020.[1]
Daftar episode
Referensi
Pranala luar