Kamp konsentrasi HaidariKamp konsentrasi Haidari (bahasa Yunani: στρατόπεδο συγκέντρωσης Χαϊδαρίου, stratópedo syngéntrosis Chaidaríou, bahasa Jerman: KZ Chaidari) adalah sebuah kamp konsentrasi yang dioperasikan oleh Schutzstaffel Jerman, berlokasi di daerah perumahan Haidari, pada masa Pendudukan Blok Poros di Yunani selama Perang Dunia II.[1] Kamp konsentrasi ini digunakan sejak September 1943 dan ditutup pada September 1944. Kamp ini adalah kamp terbesar dan paling terkenal di Yunani zaman perang, yang kemudian dijuluki sebagai "Bastille Yunani".[2] Kamp transit ini didirikan pada lahan markas Tentara Yunani. Diperkirakan, dalam satu tahun beroperasinya kamp ini, terdapat 21.000 orang yang sudah masuk dan melewatinya, termasuk orang Yahudi, tahanan perang Italia, serta tahanan politik Yunani. Mayoritas narapidana ini dibawa ke utara, untuk orang Yahudi ke Auschwitz atau ke kerja paksa di Jerman, dan yang lain ditahan untuk diinterogasi oleh Gestapo.[3] Selama masa operasi kamp ini, diperkirakan ada 2.000 yang yang dieksekusi di dalamnya.[4] PendirianSetelah Invasi Jerman di Yunani pada bulan April 1941 dan hingga September 1943, hampir seluruh wilayah Jerman berada dalam penjajahan Italia. Orang Italia mengambil alih penjara-penjara praperang Yunani, yang berisi banyak sekali tahanan politik, dan mendirikan sejumlah kamp konsentrasi mereka sendiri di selatan Yunani. Ketika gelombang perang mulai bergerak mengalahkan blok Poros di musim semi tahun 1943, orang Italia memutuskan untuk memindahkan tahanan itu ke tempat-tempat yang lebih aman, misalnya tahanan di Acronauplia dan Trikala dipindahkan ke Larissa. Namun, gerakan Resistensi Yunani yang semakin membesar memaksa mereka memindahkan kembali ke Attica.Pada 29 Agustus 1943, 600 tahanan, termasuk 243 komunis yang dipenjara sejak sebelum perang oleh Rezim Metaxas, dikirim dari Larissa ke Athena. Mereka tiba pada 3 September dan langsung dikirim ke Markas Haidari.[5] Pada awalnya, orang Italia yang menjaga kamp konsentrasi ini berlaku baik, misalnya orang-orang diperbolehkan mengunjungi kamp ini, para tahanan tidak dibatasi pada ruangannya saja, dan mereka tidak harus bekerja paksa.[6] Akan tetapi, kendali Italia atas Haidari tidak berlangsung lama karena pada 8 September, Italia menyerah kepada blok Sekutu dan pada 10 September, tentara Jerman mengambil alih kamp ini. Deskripsi kampKamp ini tidak pernah diselesaikan, dan strukturnya itu sendiri banyak dicuri orang pada tahun 1941. Sebagai hasilnya, kamp ini sedang dalam kondisi yang buruk ketika narapidana-narapidana pertama datang dan situasi ini terus memburuk di bulan-bulan selanjutnya ketika kamp ini masuk ke dalam kendali Jerman.[7] Kamp ini berbentuk persegi panjang, dikelilingi kawat berduri dan menara penjaga setiap 200 meter. Gerbang kamp berada di sisi barat. Kebanyakan bangunan terletak berdekatan di sisi utara kamp.[8] Blok 1 hingga 4 berada di sisi utara ini, berbaris ke arah timur. Ada pula bangunan barak dua tingkat, yang dibagi menjadi dua bagian yang sama besar, timur dan barat, dengan pintu masuk yang berbeda untuk masing-masing bagian. Selain itu, bangunan yang berada di timur laut adalah gudang, mess, kamar mandi dan ruang tahanan sendiri perempuan (Blok 16), workshop (Blok 21) dan kantor utama (Blok 20). Blok 15 yang terkenal terletak pada sisi timur markas, dan merupakan ruang tahanan sendiri, dengan kamar penjaga kamp dan ruangan mess. Di sisi timur daya terletak ruangan perempuan yang terisolasi (Blok 6). Di bawah direksi Jerman, lantai pertama berisi perempuan Yahudi, dan lantai kedua berisi orang Kristen. Pada total terdapat 300 orang Kristen dan 2.500 orang Yahudi yang melewati Haidari sejak 7 Desember 1943, termasuk pahlawan perempuan Resistensi seperti Iro Konstantopoulou atau Lela Karagianni (yang dieksekusi pada 5 dan 8 September 1944).[9] Di bawah kuasa JermanKomandan Jerman yang baru, Sersan Rudi Trepte, segera membuat peraturan yang lebih ketat: pada waktu bebas, para narapidana harus tetap berada di ruangan, dan kunjungan orang luar dibatasi menjadi sekali per bulan. Sementara itu, populasi kamp mulai bertumbuh; 300 narapidana baru dari Kalamata datang di bulan Oktober, dan 400 narapidana lain datang dari penjara Averof di awal bulan November. Pada 21 November, Sersan Trepte dan penerjemah Yunaninya ditangkap oleh Gestapo, untuk alasan yang tidak diketahui. Beberapa hari kemudian pada 28 November, kamp ini masuk ke dalam otoritas SS dan Sturmbannführer Paul Radomski.[10] Radomski adalah seorang "Pejuang Lama" di Partai Nazi dan merupakan salah satu rekan dari kepala keamanan yang ditakuti, Reinhard Heydrich, di Hamburg.[11] Dia dianggap brutal, bahkan oleh rekan-rekan sesama petugas SS. Catatan pribadinya memberikan dia label "primitif",[12] dan sebagai komandan kamp konsentrasi Syrets di dekat Kiev, dia meluncurkan kampanye teror, memerintahkan hukuman berat untuk hal-hal terkecil, dan sering menembak atau mencambuk para narapidana. Kebiasaan ini dia bawa ke Haidari. Di bawah kuasa Radomski, narapidana kamp dipaksa kerja dalam dua shift empat jam per hari kecuali hari Minggu. Para narapidana dibagi menjadi kelompok 100 orang dengan seorang kenturion sebagai pimpinannya. Namun, pekerjaan ini bukan untuk kebutuhan produktif, akan tetapi untuk merusak morale para narapidana. Mereka diberikan tugas-tugas tidak jelas seperti menggali lubang, lalu mengisinya kembali; membangun dinding, lalu meruntuhkannya kembali.[13] Eksekusi pertama di kamp ini terjadi pada 7 Desember ketika Radomski secara pribadi mengeksekusi seorang tentara Yunani yang beragama Yahudi bernama Levi, di depan para narapidana yang lain karena ia "mencoba kabur saat akan dipenjara". Eksekusi ini bukan hanya digunakan sebagai peringatan kepada narapidana yang lain, tetapi menurut riset psikologis pascaperang, juga untuk "menanamkan rasa takut konstan kepada para narapidana".[14] Pada total, dalam operasi satu tahun kamp konsentrasi ini, ada 1.800 orang yang dieksekusi, dan 300 lainnya mati karena disiksa baik di Haidari maupun di Mabes Gestapo di Jalan Merlin, di Athena Pusat. Angka ini termasuk 30 perempuan, 104 orang cacat, dan 230 mahasiswa. Radomski dilepaskan dari jabatannya pada Februari 1944 sehabis ia mengancam akan menembak ajudannya sendiri ketika sedang mabuk, dan digantikan oleh Letnan Karl Fischer.[15] Fischer mengubah total kebijakan-kebijakan pendahulunya; dia tidak melanjutkan perlakuan brutal Radomski, tetapi ia menyelipkan mata-mata dan informan di antara para narapidana.[16] Meskipun suasananya lebih rileks, tetapi aktivitas terbanyak justru berada pada masa kuasa Fischer. Pada musim semi dan musim panas tahun 1944, orang Jerman secara kosntan melakukan razia, blokade, dan penangkapan masal di Athena,[17] populasi narapidana di kamp itu pun memuncak pada beberapa ribu orang di bulan Agustus, hampir dua bulan sebelum Pembebasan. Beberapa ratus orang yang tertangkap dalam razia ini kemudian dipindahkan ke Jerman untuk kerja paksa.[18] Kebijakan penghukuman Jerman juga semakin parah dan semakin banyak orang yang dieksekusi. Eksekusi yang paling terkenal adalah eksekusi 200 komunis pada 1 Mei 1944 di Kaisariani, sebagai pembalasan dendam atas gerilya dan pembunuhan Jenderal Jerman, Franz Krech, oleh Partisan ELAS, di Molaoi di Lakonia.[19] Pada bulan Maret, orang Jerman juga memenjarakan beberapa politisi ternama, yang mereka curigai punya hubungan dengan orang Inggris. Termasuk dalam politisi-politisi yang dipenjarakan ini adalah Perdana Menteri Georgios Kaphantaris, Themistoklis Sophoulis, dan Stylianos Gonatas, semuanya pimpinan Partai Liberal yang ada sebelum perang.[20] Kepala SiPo/SD Athena, Walter Blume, hendak mengeksekusi mereka dengan figur-figur publik lainnya, seiring dengan kemunduran Jerman, agar negara itu berada dalam kekacauan. Pada akhirnya, "Tesis Kekacauan" Blume ini digagalkan oleh atasan-atasannya, dan para politikus itu malah dikeluarkan pada awal September.[21] Blume ditangkap dan dipenjara pada Pengadilan Einsatzgruppen, tetapi ia dikeluarkan tahun 1953 dan meninggal tahun 1977. Orang Yahudi di HaidariMeskipun orang Jerman telah mendeportasi orang Yahudi di Tesalonika, yang berada di bawah kuasa mereka sejak tahun 1941, mereka tidak segera memindahkan orang Yahudi yang sebelumnya berada di zona Italia. Orang-orang Yahudi pertama tiba di Haidari pada 4 Desember 1943 dan segera diisolasi di basement Block 3, tetapi angka mereka hanya bertambah secara perlahan.[24] Kedatangan besar pertama bermula pada akhir Maret 1944, ketika tentara Jerman bergerak bersama-sama ke setiap masyarakat Yahudi di Yunani. Dalam operasi ini, Haidari menjadi kamp transit pusat untuk kamp-kamp pembunuhan di Eropa Tengah; pada tanggal 23 Maret, sekitar 700 hingga 1.000 orang Yahudi Athena dikumpulkan dan dibawa ke Haidari,[25] dan diikuti beberapa hari kemudian oleh 614 orang Yahudi dari Epirus dan Yunani Barat, termasuk orang Yahudi dengan paspor asing. Pada awal bulan Juni, 1.850 orang Yahudi dari Kepulauan Ionia tiba dan pada 1 Agustus, datang kembali 1.700 orang Yahudi dari Rodos dan Dodecanese. Mereka semua kemudian dipindahkan ke Auschwitz. Sejarah dan peringatan pascaperangSejak akhir tahun 1940an, kamp itu digunakan oleh Tentara Yunani yang kemudian memasang infanteri senjata berat (ΚΕΒΟΠ) dan sekolah komunikasi (ΚΕΔ). Pada tahun 1950an, Blok 15 kembali digunakan sebagai penjara.[26] Namun, setelah orang kiri kalah di Perang Saudara Yunani, peringatan umum atas lokasi-lokasi yang berperan dalam Resistensi Yunani dilarang. Haidari, yang amat diasosiasikan dengan 200 komunis yang dieksekusi pada 1 Mei 1944 dan sebuah markas tentara yang fungsional, dengan demikian tidak dapat dikunjungi orang selama beberapa dekade. Baru pada tahun 1980an ketika partai sosialis PASOK naik takhta dan mengeluarkan undang-undang peringatan Resistensi dan rekonsiliasi nasional, situs ini kembali dibuka untuk peringatan tahunan. Sejak saat itu, Blok 15 dideklarasikan sebagai situs monumen nasional, dan Blok ini masuk ke dalam logo munisipalitas Haidari. Referensi
Bibliografi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Haidari concentration camp. |