Di Tiongkok, kaligrafi muncul sejalan dengan awal mula aksara Han.[3] Aksara Cina pada dasarnya adalah piktograf yang diciptakan dengan meniru bentuk benda sehingga awalnya berupa karakter atau gambar.[4] Menulis aksara tidak jauh berbeda dengan melukis sebuah karakter. Menulis aksara lama-kelamaan diturunkan sebagai bentuk kesenian.[3]
Tulisan yang ditulis satu demi satu dalam gaya khas penulis menggunakan kuas membentuk sebuah kalimat bermakna.[3] Sebelumnya, penulis menyiapkan tinta, menggosokkan batang tinta ke dalamnya, mencelupkan kuas dan menyapukan goresan di atas kertas.[3]
Alat-alat kaligrafi ada 4 buah yang dinamakan "empat harta karun dalam belajar" (文房四友; 문방사우); batu tinta ("byeoru"), batang tinta ("meok"), kuas ("but") dan kertas ("jongi").[3] Batang tinta ada bermacam-macam jenisnya, di Korea terbuat dari kayu pinus yang dibakar, dicampur dengan minyak atau lemak rusa.[3]
Asal mula kaligrafi di Korea diperkenalkan dari Cina sejak zaman Tiga Kerajaan.[3] Masing-masing gaya tulis negara-negara ini berbeda-beda, tetapi sama-sama indah dan anggun.[3] Pada periode Goryeo, kaligrafi adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki para sarjana.[3] Perkembangan pesat kaligrafi berlangsung pada zaman Dinasti Joseon dimana banyak bermunculan gaya dan teknik kaligrafi yang baru.[5] Salah satu gaya paling terkenal bahkan dipuji sampai saat ini adalah chusache, dikembangkan oleh Kim Jeong-hui.[3]
^(Inggris) 203.252.231.26/kukak_information/KoreanCulture.pdf. "KoreanCulture"(PDF). Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2011-10-07. Diakses tanggal 9 Juni 2011.