Schwarz ditugaskan untuk melayani jemaat/masyarakat di Minahasa, khususnya di jemaat Langowan dan sekitarnya. Schwarz menghadapi tantangan besar, termasuk hambatan bahasa dan budaya lokal yang masih sangat kental dengan kepercayaan tradisional. Meski begitu, dengan kesabaran dan pendekatan sederhana, ia berhasil mendirikan jemaat Kristen di Langowan. Schwarz juga memberikan kontribusi besar dalam pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah di wilayah tersebut.
Kerja keras Schwarz[1] berbuah manis. Pada 1842, ia telah membaptis ratusan orang, termasuk tokoh lokal seperti Majoor Sigar. Gereja pertama di Langowan didirikan pada 1847, menjadi tonggak penting perkembangan agama Kristen di Minahasa. Schwarz terus melayani hingga akhir hayatnya pada 1859. Warisannya dilanjutkan oleh zendeling lain, seperti C.T. Hermann dan N.P. Wilken, yang turut mengembangkan pendidikan dan memperkuat pengaruh Kristen di wilayah tersebut. Schwarz dimakamkan di Langowan, di mana perjuangannya tetap dikenang sebagai bagian penting sejarah Minahasa.
Schwarz meninggal dunia di Manado pada tanggal 1 Februari 1859 dan dimakamkan di Langowan pada tanggal 2 Februari 1859.
Pendidikan
Schwarz memulai pendidikannya di Zendeling Institute, Berlin, pada 1822, bersama Johann Friedrich Riedel. Setelah menyelesaikan studi dan memperdalam ilmu di Belanda, keduanya tiba di Minahasa pada 1831 untuk menyebarkan Injil.
Kota Kelahiran Schwarz
Kaliningrad, sebuah kota di Rusia, memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Perang Dunia II dan penyebaran agama Kristen di Indonesia. Kota ini dulunya bernama Königsberg dan merupakan bagian dari Prusia, Jerman, sebelum diserahkan kepada Uni Soviet pada 1945 usai kekalahan Nazi Jerman. Kaliningrad juga dikenal sebagai tempat kelahiran Johann Gottlieb Schwarz pada 21 April 1800. Schwarz, seorang anak tukang sepatu yang taat agama, kelak menjadi penginjil Kristen yang meninggalkan jejak mendalam di Tanah Minahasa, Indonesia.