Jambu semarang atau jambu air semarang (Syzygium samarangense) adalah tumbuhan endemik dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari pulau Jawa. Pohon dan buah jambu semarang tidak banyak berbeda dengan jambu air (S. aqueum), beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.
Etimologi
Secara etimologi, nama spesies Syzygium samarangense ini diserap dari istilah nama suatu wilayah di pulau Jawa yaitu Semarang, yang merupakan tempat tumbuhan ini berasal. Dalam bahasa Indonesia, tumbuhan ini kerap dikenali sebagai jambu air ataupun jambu air mawar.
Sebutan dalam bahasa lain
Tumbuhan ini juga dikenali dengan istilah lain dalam berbagai bahasa, diantaranya yakni:[2][3]
Java apple (terj. har. 'jambu jawa', merujuk kepada tempat asal-usul buah ini yaitu pulau Jawa (lebih tepatnya di wilayah Semarang)
Rose-apple (terj. har. 'jambu mawar', merujuk kepada bentuk buahnya yang menyerupai kuncup bunga mawar)
Wax apple (terj. har. 'jambu lilin', merujuk kepada kandungan lapisan lilin yang umumnya ditemui pada buah jambu ini, dan juga buah-buahan dalam rumpun yang serupa, meliputi apel, dsb.)
Water apple (terj. har. 'jambu air', merupakan hasil terjemahan langsung dari penduduk lokal di Jawa yang kerap menyebut buah ini sebagai jambu air)
Dibandingkan dengan jambu air, pada umumnya bagian-bagian tumbuhan jambu semarang berukuran sedikit lebih besar. Perhatikan pula uraian bagian-bagian yang ditulis miring.
Jambu semarang umumnya berperawakan perdu atau pohon, setinggi 5-15 m. Berbatang bengkak-bengkok dan bercabang rendah, kadang-kadang gemangnya mencapai 50 cm.
Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai pendek dan menebal, 3-5 mm panjangnya. Helaian daun berbentuk jorong atau jorong lonjong, 10-25 x 5–12 cm, sedikit menjangat bertepi tipis, berbintik tembus cahaya, berbau aromatis apabila diremas.
Karangan bunga dalam malai di ujung ranting (terminal) atau muncul di ketiak daun yang telah gugur (aksial), berisi 3-30 kuntum. Bunga kuning keputihan, dengan banyak benang sari yang mudah berguguran. Tabung kelopak panjang 1,5 cm, menggelendut di ujungnya; daun mahkota kuning-putih, bundar sampai bentuk sudip, 1-1,5 cm; panjang benang sari dan tangkai putik mencapai 3 cm.[2]
Buah bertipe buah buni, seperti lonceng seperti buah pir yang melebar, dengan lekuk atau alur-alur dangkal membujur di sisinya; bermahkota kelopak yang melengkung berdaging; besarnya sekitar 3,5-4,5 x 3,5-5,5 cm; di bagian luar mengkilap seperti lilin; merah, kehijauan atau merah-hijau kecoklatan. Daging buah putih, banyak berair, dengan bagian dalam seperti spons, aromatik, manis atau asam manis.
Keanekaragaman
Jambu semarang telah banyak dimuliakan dan lomba pohon induk terbaik rutin dilakukan tiap tahun di wilayah pantai utara Jawa Tengah. Beberapa kultivarnya antara lain 'Cincalo Merah' (asal Semarang), 'Cincalo Hijau', 'Camplong' (asal Sampang), 'Lilin Merah', 'Lilin Hijau', 'Citra' (asal Demak), 'Bangkok', 'Black Diamond', 'Black Pearl', dan 'King Rose'.
Kegunaan
Jambu semarang, seperti juga jambu air dan jambu bol biasa disajikan sebagai buah meja. Ketiga jenis jambu ini memiliki pemanfaatan yang kurang lebih serupa dan dapat saling menggantikan. Buah-buah ini umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak. Aneka jenis jambu ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan.[2]
Kayunya yang keras dan kemerahan cukup baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena tanah.
Karena manis, buah jambu semarang sering diserang oleh ulat (larva) lalat buah. Telur lalat dan ulatnya ini biasa ditemukan pada buah yang tidak ditutup rapat semasa di pohon.
^ abcVerheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA–Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 376-380.