Irigasi kendi adalah salah satu jenis irigasi yang dikembangkan oleh Profesor Budi Indra Setiawan, et al dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.[1] Irigasi kendi memanfaatkan sifat dari bahan pembuat kendi, yaitu tanah liat yang berpori sehingga air keluar dari dalam kendi secara perlahan dan membasahi tanah di sekitarnya. Kendi ditanam dekat dengan zona perakaran tanaman sampai batas leher kendi, dan air akan keluar secara perlahan.[2] Irigasi ini tergolong hemat air karena air yang menguap dari dalam kendi relatif sedikit karena terlindung oleh badan kendi.
Sistem irigasi ini pertama kali dicoba di kawasan kering Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat untuk budidaya cabai besar, cabai kecil, tomat, anggur, mangga dan srikaya.[1] Melalui berbagai eksperimen penggunaan bahan pembuat kendi, didapatkan bahwa tanah liat yang dicampur serbuk gergaji dan pasir[3] dapat meningkatkan konduktivitas hidrolik, namun besarnya konduktivitas hidraulis kendi harus disesuaikan dengan jenis tanah.[1]
Pasca bencana lumpur Sidoarjo, Profesor Budi Indra Setiawan mengusulkan untuk memanfaatkan lumpur tersebut sebagai bahan pembuatan kendi.[4] Menurutnya, lumpur Sidoarjo memiliki kualitas yang baik untuk dijadikan kendi serta tersedia dalam jumlah yang melimpah dan gratis.[5] Dengan temuannya ini, Profesor Budi Indra Setiawan masuk ke dalam daftar 102 Inovator Dengan Inovasi Cerdas versi Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2010.[6]
^ abcSetiawan, Budi Indra ; Kalsim, Dedi K. ; Saleh, Edward ; Nurhidayat, Yayat ; Trisnadi ; Syahyun ; (1998). "Sistem Irigasi Kendi Untuk Tanaman Sayuran Di Daerah Kering". e-library LIPI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-19. Diakses tanggal 2014-08-17.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Setiawan, Budi Indra; Kalsim, Dedi K.; Saleh, Edward (2001). "Komposisi Irigasi Kendi". Research and Strategic Issue Studies IPB.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)