Irak secara aktif meneliti dan kemudian menggunakan senjata pemusnah massal dari tahun 1962 hingga 1991. Presiden Irak yang kelima, Saddam Hussein,[1] dikutuk oleh dunia internasional karena pernah menggunakan senjata kimia selama kampanye militer melawan Iran dan orang-orang Kurdi pada tahun 1980an. Pada masa itu pula, Saddam melancarkan program senjata biologi dan senjata nuklir, tetapi Irak masih belum mampu membuat senjata nuklir. Seusai Perang Teluk, pemerintah Irak menghancurkan persediaan senjata kimia Irak dan juga peralatan dan bahan-bahan yang terkait dengan persenjataan tersebut, dan Irak juga menghentikan semua program senjata kimia, biologi, dan nuklirnya.[2]
Pada awal tahun 2000an, pemerintahan George W. Bush dan Tony Blair mengklaim bahwa Saddam Hussein masih membangun senjata pemusnah massal dan juga telah menyembunyikan senjata-senjata ini dalam jumlah yang besar. Penyelidikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimulai lagi pada November 2002 hingga Maret 2003[3] berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1441 yang meminta agar Saddam langsung bekerja sama secara aktif dengan penyelidikan PBB dan Badan Atom Internasional, tidak lama sebelum Irak diserang.[4] Amerika Serikat mengklaim bahwa Saddam telah melanggar Resolusi 1441 dengan tidak bekerjasama, tetapi Amerika tidak berhasil meminta Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi baru yang mengizinkan penggunaan kekuatan militer akibat kurangnya bukti.[5][6][7] Presiden Bush sendiri mengklaim bahwa cara-cara damai tidak dapat melucuti Irak, sehingga ia memulai Perang Irak. Belakangan penyelidikan yang dipimpin oleh Amerika Serikat menemukan bahwa Irak sudah terlebih dahulu menghentikan produksi dan penyimpanan senjata pemusnah massal .[8]
Catatan kaki
^"Saddam Hussein". The Famous People website. Diakses tanggal 28 August 2013.