Insiden ChichijimaInsiden Chichijima adalah kejahatan perang yang terjadi pada akhir tahun 1944 yang menyebabkan kematian delapan prajurit Amerika Serikat di Chichijima, Kepulauan Bonin. Empat di antaranya dimakan oleh tentara Jepang.[1] 8Peristiwa ini berawal dari sembilan pilot yang berhasil selamat setelah pesawat mereka ditembak jatuh saat pengeboman Chichijima, pulau kecil sekitar 1.100 km dari selatan Tokyo. Delapan prajurit di dalamnya, Lloyd Woellhof, Grady York, James "Jimmy" Dye, Glenn Frazier Jr., Marvell "Marve" Mershon, Floyd Hall, Warren Earl Vaughn, dan Warren Hindenlang tertangkap dan langsung dieksekusi. George H. W. Bush, yang di masa depan akan menjadi Presiden Amerika Serikat, secara ajaib selamat dari penangkapan ini. Setelah perang usai, ditemukan fakta bahwa mereka yang tertangkap disiksa sebelum akhirnya dieksekusi. Mereka dipenggal atas perintah Letnan Jenderal Yoshio Tachibana. Empat di antaranya dimakan. BukuPenulis James Bradley mengungkap detail kejadian kanibalisme dalam Perang Dunia II oleh Jepang. Bradley mengklaim bahwa tindakan ini bukan sekedar ritual mengkonsumsi hati korbannya, tapi juga termasuk memotong tangan dan kaki sedikit demi sedikit untuk menjaganya tetap segar dan bisa dikonsumsi dalam beberapa hari berikutnya.[2] PengadilanTachibana, bersama 11 prajurit lainnya, diadili pada Bulan Agustus 1946 atas eksekusi ilegal dan kanibalisme terhadap penerbang Amerika Serikat. Namun karena kanibalisme tidak secara spesifik diatur dalam hukum militer dan internasional, maka mereka diadili atas tindakan membunuh dan menghalangi penguburan secara terhormat.[3] Kasus ini kembali diinvestigasi pada tahun 1947 dan 30 prajurit Jepang diadili, termasuk di dalamya empat perwira, (termasuk di dalamya Letnan Jenderal Tachibina, Mayor Matoba, dan Kapten Yoshii) dinyatakan bersalah dan dijatuhu hukuman gantung. Semua tamtama, termasuk Petugas Medis Percobaan, Tadashi Teraki dibebaskan delapan tahun setelahnya. [3] Laksamana Madya Mori Kunizo, yang mengomandani lapangan udara Chichi-Jima waktu itu, mempercayai bahwa konsumsi hati manusia memiliki manfaat untuk kesehatan. Ia awalnya dijatuhi hukuman seumur hidup, namun setelah bawahannya terbukti bersalah dalam kejahatan perang lain di front selatan, dia dijatuhi hukuman mati dan digantung dalam pengadilan yang berbeda oleh pemerintahan Belanda di Hindia Belanda.[3] Referensi |