Ilusi oktaf merupakan ilusi pendengaran yang ditemukan oleh Diana Deutsch di tahun 1973. Ilusi ini dihasilkan ketika dua nada yang terpisah satu oktaf dimainkan secara bergantian dari tinggi ke rendah berulang kali, melalui penyuara telinga stereo. Urutan tersebut dimainkan secara bersamaan di kedua telinga; namun, ketika telinga kanan menerima nada tinggi, telinga kiri akan menerima nada rendah, dan sebaliknya. Alih-alih mendengar dua nada bergantian, kebanyakan subjek mendengar satu nada yang bergantian diantara telinga, padahal nada tersebut dimainkan bergantian antara tinggi dan rendah di telinga subjek.[1][2]
Percobaan pertama
Dua nada yang digunakan untuk membuat ilusi oktaf adalah 400 Hz dan 800 Hz, kira-kira sama dengan G4 dan G5 dalam notasi nada modern.Tiap nada akan dimainkan selama 250 ms sebelum berpindah ke telinga lainnya. Tidak boleh ada jeda di antara nada yang dimainkan. Selama percobaan, nada tetap dimainkan bergantian dari tinggi ke rendah berulang kali. Setelah percobaan awal, penyuara telinga dibalik, dan tes diulang kembali.
Hasil percobaan
Setelah 86 subjek diuji, tidak ada yang merasakan pola nada dengan benar. Kebanyakan subjek mendengar satu nada yang berganti-ganti di antara telinga. Ketika penyuara telinga dibalik, telinga yang awalnya mendengar nada rendah, tetap mendengar nada rendah, begitupun sebaliknya telinga yang mendengar nada tinggi tetap mendengar nada tinggi. Beberapa subjek hanya mendengar satu nada yang bergerak di antara telinga, tetapi tidak berubah dalam tinggi rendahnya nada, atau hanya sedikit berubah. Beberapa subjek bahkan mendengar berbagai ilusi yang "kompleks", seperti dua nada bergantian di satu telinga serta nada ketiga yang terjadi sesekali di telinga lainnya.
Tangan dominan yang digunakan juga menjadi peran penting dalam hasil percobaan. Sebanyak 58% subjek yang dominan dalam menggunakan tangan kanan dan 52% subjek yang kidal mendengar nada tunggal yang beralih di antara telinga. Dapat dilihat bahwasannya hampir tiga kali lebih banyak subjek yang menggunakan tangan kanan daripada subjek kidal mendengar nada yang beralih antar telinga, bukan tinggi rendahnya nada (titinada). Subjek kidal lebih bervariasi dalam lokalisasi nada rendah dan tinggi, sedangkan subjek dengan dominan tangan kanan lebih cenderung mendengar nada tinggi yang terlokalisasi di telinga kanan mereka selama kedua tes berlangsung.[2]
Deutsch mengatakan bahwa ketika subjek mendengar nada yang bergantian antar oktaf akan menghasilkan ilusi oktaf ini. Ilusi oktaf dihasilkan dari gabungan dua mekanisme keputusan. Pertama, untuk menentukan penempatan lokasi nada, nada tinggi harus didahulukan; kedua, untuk menentukan titinada, nada pada telinga yang dominan didahulukan dari nada di telinga yang tidak dominan. Hal ini dikenal sebagai model dua saluran, karena diusulkan bahwa pengoperasian dua mekanisme keputusan yang terpisah kemudian menghasilkan suatu ilusi.[3] Model tersebut di ilustrasikan di sini.
Percobaan lebih lanjut
Dalam percobaan lebih lanjut, Deutsch meneliti pengaruh latar belakang dominannya penggunaan tangan dan keturunan terhadap persepsi ilusi oktaf. Subjek penelitian adalah 250 siswa yang diklasifikasikan berdasarkan jenis dominasi tangan mereka serta apakah mereka memiliki orang tua atau saudara yang kidal. Kemudian, ditemukan bahwa subjek yang dominan tangan kanan, beserta keluarganya tidak memiliki anggota yang kidal cenderung mendengar nada tinggi di sebelah kanan dan nada rendah di sebelah kiri daripada subjek yang keluarga dan dirinya terdapat kidal dan dominan tangan kanan. Untuk subjek campuran, yaitu dirinya dan keluarga terdapat kidal dan dominan tangan kanan atau subjek kidal dan keluarga juga kidal cenderung mendengar nada tinggi di sebelah kiri dan nada rendah di sebelah kanan.[4]
Pada percobaan lain, Deutsch dan Roll mengeksplor model dua saluran secara lebih rinci. Mereka mendengarkan ilusi oktaf pada 44 subjek yang dominan tangan kanan dengan pola berulang pada 400 Hz dan 800 Hz. Kali ini, telinga kanan didengarkan tiga nada 800 Hz bergantian dengan dua nada 400 Hz, secara bersamaan pada telinga kiri didengarkan tiga nada 400 Hz bergantian dengan dua nada 800 Hz. Jeda 250 ms ditambahkan diantara tiap kombinasi nada secara berurutan. Subjek diminta untuk melaporkan berapa banyak nada tinggi dan nada rendah yang mereka dengar, serta di telinga mana mereka mendengar nada tersebut. Hasilnya sama dengan percobaan awal.[5]
Pada eksperimen lebih lanjut, masih menggunakan model yang sama, Deutsch meminta subjek untuk melaporkan apakah nada yang terdengar memiliki pola "tinggi-rendah-tinggi-rendah" atau tipe "rendah-tinggi-rendah-tinggi". Dari sinilah dapat ditentukan telinga mana yang diikuti subjek untuk nada. Ketika kedua nada tidak hadir pada saat yang bersamaan, ilusi akan pecah.[6]
"Ilusi Deutsch"
Brancucci, Padulo, dan Tommasi berpendapat bahwa ilusi oktaf harus diberi nama "ilusi Deutsch", karena menurut hasil temuan mereka, ilusi tidak terbatas hanya pada oktaf. Mereka melakukan eksperimen serupa, kecuali dengan dua nada yang digunakan dalam interval dari sepertiga minor hingga sepersebelas. Awalnya nada disajikan selama 200 ms sebelum beralih ke telinga, kemudian disajikan selama 500 ms. Hasilnya sama, namun ternyata ilusi lebih sering terjadi dengan interval yang lebih luas.[7]