Hyojong dari Joseon
Kelahiran & Latar BelakangRaja Hyojong dilahirkan pada tahun 1619 sebagai putra kedua Raja Injo, ketika ayahandanya masih menjadi seorang pangeran. Pada tahun 1623, ketika fraksi Barat (西人) melancarkan kudeta yang menyingkirkan pemimpin pendahulu Gwanghaegun dan memahkotai Injo, Hyojong dipanggil ke istana bersama dengan ayahandanya dan diberikan gelar Bongrim Daegun 봉림대군 (Pangeran Agung Bongrim) pada tahun 1626. Tawanan Dinasti QingPada tahun 1627, garis kebijakan diplomatik Raja Injo menghantar perang di antara Korea dan Manchu. Kemudian, pada tahun 1636, Manchu (Dinasti Qing) mengalahkan Joseon, dan Raja Injo bersumpah setia kepada Kaisar Qing di Samjeondo, ia kowtow kepada Huang Taiji sebanyak delapan kali. Disana, Injo dan Huang Taiji menandatangani sebuah perjanjian, yang diantaranya termasuk bahwa Manchu akan mengambil Putra Mahkota Sohyeon, putra tertua Injo, dan Hyojong ke Tiongkok sebagai tawanan mereka. Selama pengasingannya di Tiongkok, Hyojong sering mencoba untuk membela kakandanya dari ancaman Dinasti Qing. Huang Taiji dan pasukan Manchu-nya masih berperang melawan Dinasti Ming, di Tiongkok dan juga berperang dengan Mongol dan Muslim di Tiongkok; dan Kaisar Qing kerapkali meminta Pangeran Sohyeon untuk pergi ke medan perang dan membantu pasukannya melawan musuh Manchu. Namun, Hyojong khawatir dengan kakandanya karena ia adalah ahli waris resmi takhta kerajaan Joseon dan ia tidak memiliki pengalaman militer. Ia pergi perang ke Tiongkok untuk menggantikan kakandanya, dan ia juga mengikuti Sohyeon untuk berperang melawan suku Uyghur dan Muslim di bagian depan barat. Bersama dengan kakandanya, ia berhubungan dengan bangsa Eropa ketika ia berada di Tiongkok; dan juga ia mempelajari bahwa Joseon perlu mengembangkan teknologi baru dan sistem politik dan militer yang lebih kuat untuk melindungi dirinya dari kekuatan asing. Ia juga semakin dendam pada Dinasti Qing, yang memisahkannya dari kampung halaman dan keluarganya. Di masa ini ia memutuskan untuk membuat rencana besar kampanye utara melawan Manchu, sebagai aksi balas dendam kepada Dinasti Qing atas perang pada tahun 1636. PenobatanPada tahun 1645, Putra Mahkota Sohyeon kembali ke Joseon seorang diri, untuk menggantikan Injo di atas takhta dan untuk membantu Injo memerintah negara. Namun, ia kerapkali berseteru dengan Injo, yang tidak menyukai pandangan terbuka Sohyeon tentang kebudayaan Eropa dan pandangan diplomatik Dinasti Qing. Tak lama kemudian ia ditemukan tewas di ruangan raja, dan segera dimakamkan setelah upacara pemakaman singkat. Injo juga mengeksekusi istri Sohyeon yang mencoba mencari penyebab kematian suaminya yang sebenarnya. Legenda mengatakan bahwa Injo membunuh putranya sendiri dengan pantat botol tinta yang ia bawa dari Tiongkok. Insiden tersebut membuat Hyojong, ahli waris berikutnya, putra mahkota yang baru, dan ia dipanggil pulang ke Joseon. Ketika Raja Injo meninggal pada tahun 1649, Hyojong naik takhta dan menjadi raja ke-17 Joseon. Kampanye UtaraSetelah naik takhta, ia mulai mereformasi dan mengembangkan militer Korea; pertama-tama ia menyingkirkan Kim Ja-jeom, yang korup di dalam politik dan memiliki kekuasaan yang melebihi raja itu sendiri. Kemudian, ia memanggil Song Si-yeol (Hangul: 송시열 Hanja:宋時烈) dan Kim Sang-heon ke istananya, yang mendukung perang melawan Dinasti Qing. Ekspansi militernya besar dan ia membangun beberapa benteng perbatasan di sisi Sungai Yalu dimana Joseon dan Qing dibatasi oleh sebuah perbatasan itu. Ketika sekelompok pelaut Belanda termasuk Hendrick Hamel terkapung di Pulau Jeju, Hyojong memerintahkan mereka untuk membuat senapan untuk pasukan, disediakan senapan untuk bangsa Korea untuk pertama kalinya setelah Perang 7 tahun. Namun Dinasti Qing terus berkembang dengan cepat ke barat setelah berhasil menguasai Ming pada tahun 1644. Kampanye tersebut tidak dapat dilakukan, karena Manchu mengasimilasi pasukan besar di Tiongkok ke dalam pasukan mereka sendiri. Militer Joseon, meskipun telah direformasi dan berkembang bukan tandingan dari gabungan pasukan Manchu dan Tiongkok. Dinasti Qing mulai menganggap Joseon sebagai sahabat dan sekutu terdekatnya. Militer yang berkembang itu pertama kali dilakukan pada tahun 1654, ketika Dinasti Qing memanggilnya untuk membantu melawan Rusia. 150 penembak Joseon bersama dengan 3,000 Manchu, bertemu dengan pasukan Rusia di dalam Perang Hutong (Hangul: 호통 Hanja: 好通), yang sekarang Yilan), yang dimenangkan oleh pasukan sekutu Qing-Joseon. Empat tahun kemudian, pada tahun 1658, Hyojong mengirim pasukan sekali lagi untuk membantu Dinasti Qing melawan Rusia; 260 orang penembak Joseon dan penembak kanon yang dipimpin oleh Shin Ryu menggabungkan pasukannya dengan Ninguta Gubernur Militer Sarhuda. Pasukan gabungan itu berlayar menyusuri Hurka dan Sungai Sungari, dan bertemu dengan pasukan Rusia di bawah komando seorang Amur Cossack, Onufrij Stepanov dekat air terjun Sungai Sungari sampai Amur, membunuh 270 pasukan Rusia dan mendorong mereka keluar dari wilayah Manchu. Perang melawan Rusia membuktikan bahwa reformasi Hyojong's telah menstabilisasi pasukan Joseon, meskipun mereka tidak pernah beraksi lagi. Meskipun kampanye, Rusia dan Joseon tetap dalam hubungan baik. Kampanye di bagian Utara dikenal sebagai Naseon Jeongbeol (Hangul: 나선정벌 Hanja: 羅禪征伐), atau "Penekanan Rusia". Prestasi LainSelama pemerintahannya, banyak buku tentang bertani yang diterbitkan untuk mempromosikan pertanian, yang telah hancur selama Perang Tujuh Tahun. Hyojong juga melanjutkan rekonstruksi Gwanghaegun; ia mengalami kesulitan dalam merestorasi ekonomi dan juga mengembangkan militer. Ia juga harus membuat lebih banyak koin dari metal yang dapat digunakan untuk membuat amunisi, tapi harus menyerah agar ia dapat membangun kembali kerajaannya. Ia stress berat dalam menghadapi berbagai problem dari dalam dan luar negeri, dan meninggal pada usia yang relatif muda, 41 tahun pada tahun 1659. Meskipun rencananya untuk menguasai bagian utara tidak pernah dilakukan, banyak orang yang menganggapnya sebagai pemimpin yang cakap dan berani yang mendedikasikan hidupnya untuk negaranya. Keluarga
Nama Lengkap Anumertanya
Kebudayaan ModernHyojong digambarkan secara singkat sebagai Pangeran Bongrim (봉림대군) di dalam drama Korea Chuno (KBS2, 2010) dan juga The King's Doctor dimasa ketika Gwang-hyun pemain utama di dalam drama berusia 12 tahun. Hyojong juga muncul di dalam drama Cruel Palace - War of Flowers dan Splendid Politics sebagai Pangeran Bongrim dan kemudian Putra Mahkota. Silsilah
Lihat PulaPranala luar
|