Horror vacui (/ˈhɒrər ˈvɑːkjuːaɪ/; dari bahasa Latin "ketakutan akan ruang kosong") atau kenofobia (dari bahasa Yunani "ketakutan akan yang kosong")[1] dalam seni rupa adalah pengisian seluruh permukaan sebuah bidang atau karya seni dengan ornamen.[2] Dalam fisika, horror vacui merupakan ejawantah dari gagasan Aristoteles bahwa "alam membenci ruang kosong."
Asal mula
Kritikus dan cendekiawan berkebangsaan Italia, Mario Praz, menggunakan istilah ini untuk menerangkan penggunaan ornamen yang berlebihan dalam desain pada zaman Viktoria.[3] Contoh lainnya dari horror vacui dapat terlihat pada halaman karpet naskah-naskah Insular yang dipenuhi dengan hiasan, pola-pola dan lambang-lambangnya yang terjalin mungkin berfungsi sebagai penangkal hal-hal buruk, juga sebagai dekorasi.[4] Ketertarikan untuk mengisi ruang kosong secara cermat juga tergambar dalam dekorasi Arabes dalam kesenian Islam yang dapat dijumpai pada karya-karya zaman dahulu hingga hari ini. Sejarawan seni, Ernst Gombrich, berpendapat bahwa pola dengan ornamentasi yang tinggi dapat berguna menjadi semacam bingkai untuk gambar atau ruang yang dikuduskan. Semakin banyak unsur dari bingkai tersebut, maka semakin pula objek ditengahnya mendapatkan kehormatan.[5]
Banyak kebudayaan di Nusantara menerapkan ragam hias yang rumit pada sebuah bidang. Hal ini didorong oleh kepercayaan bahwa ruang kosong yang tertinggal dapat terisi oleh kekuatan jahat. Oleh karena itu, banyak karya seni hasil kebudayaan-kebudayaan Nusantara diisi oleh ragam hias yang begitu padat.[6] Kerajinan perak Yogyakarta yang diisi dengan berjubel ornamen juga dapat disebut sebagai contoh horror vacui.[7]
Catatan kaki
^Lesley Brown: The New Shorter Oxford English Dictionary. Vol. 1: A−M. Clarendon Press, Oxford 1993, p.360