Hooge, Pangeran Su
Hooge (Manchu: ; Hanzi: 豪格; 1609–1648) merupakan seorang pangeran Manchu yang menonjol. Ia adalah putra sulung Kaisar Huang Taiji dari Dinasti Qing. Ia adalah pendiri Wangsa Pangeran Su (Manchu: hošoi fafungga cin wang, Hanzi: 和碩肅親王). KehidupanIa bergabung di dalam kampanye-kampanye militer melawan Mongol, Korea dan Ming. Setelah kematian Huang Taiji pada tahun 1643, Hooge dan Dorgon, putra Nurhaci dan pamannya, bertikai atas suksesi tahta. Situasi dimenangkan oleh Hooge karena ketiga panji militer dibawah kendali Huang Taiji diserahkan kepada Hooge, memastikan loyalitas mereka. Dorgun mendapatkan dukungan saudara-saudaranya dan oleh karena itu dua panji putih mendukungnya. Hal ini berarti dua panji merah dikendalikan oleh Daišan dan putranya dan sisa panji garis biru yang dikendalikan oleh Chiurhala penting. Setelah banyak konflik, Daišan mulai menyukai Hooge. Merasa bahwa ia telah membungkus mahkota, Hooge sengaja menolak mahkota sehingga orang lain akan membuatnya menjadi kaisar. Dengan cara ini, Hooge bisa didorong ke atas tahta daripada tampak kasar dan lapar kekuasaan. Malangnya, kejadian ini adalah kesalahan karena Dorgun dan saudara-saudaranya akan memberi jalan dan konflik berlanjut tanpa adanya solusi. Pertikaian kekuasaan mereka berakhir dengan sebuah kompromi dengan upaya untuk menghindari perselisihan internal—Dorgon menunjuk Fulin, putra kesembilan Huang Taiji yang lahir dari Selir Zhuang, yang kemudian dikenal sebagai Ibusuri Xiaozhuang. Setelah suksesi Fulin keatas tahta sebagai Kaisar Shunzhi, Hooge berulang-ulang bertikai dengan Dorgon. Konon ia berkomplot untuk menyerap tahta dari Shunzhi, namun menyatakan hal ini kepada Pangeran Yu, pamannya. Pangeran Yu, yang adalah saudara Dorgon, berbalik untuk memberitahu Dorgon. Dipercaya Dorgon menggunakan kesempatan ini untuk memenjarakan Hooge. Menurut catatan yang bukan sejarah, setelah kampanye-kampanye yang dilancarkan diatas sisa Han-Cina pasukan pemberontak di Tiongkok barat, Hooge dipenjara dan meninggal disana. Ia direhabilitasi pada tahun 1650. Generasi kesepuluhnya adalah Yoshiko Kawashima, putri Pangeran Su melalui darah yang terakhir, Shanqi. Suksesi Pangeran Su
|