Heinrich Bär
Oskar-Heinz (Heinrich) “Pritzl” Bär (lahir 25 Mei 1913 – meninggal 28 April 1957) adalah seorang Ace atau pilot pesawat elite yang berada di urutan 8 sebagai pilot pesawat terbaik dengan catatan pernah menumbangkan 220 pesawat musuh selama perang dunia 2, Heinrich 18 kali ditembak jatuh & selalu selamat sampai akhirnya ia meninggal pada tanggal 28 April 1957 akibat pesawat latih yang ia kemudikan jatuh di Braunschweig-Waggum, Jerman. Kehidupan AwalBär dilahirkan tanggal 21 Maret 1913 di Sommerfeld dekat Lipsk. Pada tahun 1935 dia masuk ke Luftwaffe dan dilatih menerbangkan pesawat pembom. Setelah lulus, Bär ditugaskan untuk menjadi pilot pesawat transport semacam Junkers Ju 52/3m. Pada awal tahun 1939 dia menyelesaikan pelatihan sebagai pilot tempur dan ditempatkan di Jagdgeschwader (JG) 51. Pada tanggal 25 September tahun yang sama, Bär mencetak kemenangan udara pertamanya setelah menembak jatuh sebuah Curtiss H-75 A-2 dari GC I/4 Prancis. Selama berlangsungnya kampanye Jerman di Prancis tahun 1940, skornya bertambah tujuh lagi: 3 pesawat Prancis dan 4 Inggris. Pada Pertempuran Britania, Bär mendapat lawan yang berat dan beberapa kali dia harus pulang ke pangkalannya membawa pesawat Messerschmitt Bf 109 yang rusak dan bolong-bolong. Dalam salah satu kesempatan dia bahkan berhasil lolos dari sergapan 10 buah pesawat tempur Inggris yang mengepungnya. Tanggal 2 September 1940 Bär mendapat pengalaman “berenang” di Channel setelah pesawatnya ditembak jatuh dan dia terjun menggunakan parasut. Perang Dunia IITahun 1941 menandai penempatan JG 51 ke Front Timur. Disinilah jumlah kemenangan Bär bertambah dengan cepat. Tanggal 2 Juli 1941 dia dipromosikan menjadi Leutnant sekaligus dianugerahi Ritterkreuz setelah membukukan kemenangan ke-27. Ketika skornya mencapai 60, tanggal 14 Agustus 1941, Bär dianugerahi Eichenlaub. Dalam satu hari (30 Agustus 1941) dia mencatat prestasi mengesankan dengan menembak jatuh 6 pesawat Soviet. Sejak permulaan tahun 1942 Bär mengambil alih komando IV/JG 51, dan di pertengahan Februari dia dianugerahi Schwerter setelah mencetak kemenangan ke-90. Pada musim panas 1942 Heinz Bär dihadapkan pada tantangan baru yang berat: pertempuran udara sengit di wilayah selatan Front Jerman-Rusia, tepatnya di Semenanjung Kerch. “Pada hari-hari ini, dua orang jagoan Luftwaffe terbaik datang untuk mengambil alih komando dalam tubuh JG 77 di kawasan Krim: Hauptmann Gordon Gollob, dengan skor kemenangan 86 buah, dikirim dari Pusat Uji di Rechlinto untuk menjadi Geschwaderkommodore, dan Hauptmann Heinz Bär, dengan skor kemenangan 91, datang dari IV./JG 51 di Front Moskow untuk menjadi komandan I./JG 77. Keduanya telah dianugerahi penghargaan-penghargaan paling prestisius – Bär dengan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub und Schwerter, sementara Gollob dengan Ritterkreuz de Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub. Kedua orang ini ternyata mempunyai kepribadian yang bertolak belakang. “Pritzl” Bär adalah orang Leipzig yang terkenal urakan dan kurang berdisiplin, yang akan menolak untuk terbang manakala dia merasa kurang “mood”. Di lain pihak, Gordon MacGollob (dia masih keturunan Skotlandia) adalah seorang Nazi fanatik yang merupakan anak didik militer Prusia yang bersifat keras dan tanpa kompromi. Sudah jelas akan tercipta konflik di antara keduanya kalau saja Bär dan unitnya (I./JG 77) tidak buru-buru dipindahkan ke wilayah Mediterania beberapa minggu kemudian. Tapi satu hal sudah pasti, selama dua minggu terakhir Mei 1942 dimana kedua jagoan ini berkumpul, mereka menjadi penguasa tak terbantahkan wilayah udara Kerch-Taman!” Tanggal 16 Mei 1942, Heinz Bär menunjukkan kemampuannya setelah menembak jatuh dua buah LaGG-3 – kemenangan ke-92 dan ke-93. Keesokan harinya, Gollob ikut nimbrung dengan menghancurkan tiga buah bomber ringan R-5. setelahnya dia menyerang sebuah Yak-1 yang dipiloti Sersan N.K. Chayka. Tembakannya mengenai Yakovlev ini, dan setelah Gollob melihat korbannya menukik ke bawah, dia langsung berbalik kembali pulang ke pangkalannya dan melaporkan telah mencetak kemenangan udara ke-93 (dengan salah mengklaim korbannya sebagai pesawat LaGG-3). Gollob adalah tipe manusia egois yang hanya peduli pada dirinya sendiri tanpa ambil pusing terhadap situasi perang secara keseluruhan. Dia menganggap ini adalah persaingan pribadi dengan Bär dan harus dimenangkannya melalui cara apapun (banyak persaingan serupa timbul di antara jagoan-jagoan Luftwaffe!). Apa yang kemudian terjadi dengan korban terakhirnya sama sekali tidak menjadi perhatian si ambisius Gollob. Yang jelas, setelah menderita luka parah akibat tembakan senapan mesin dan kanon otomatis yang dimuntahkan oleh Bf 109F punya Gollob, sersan muda Chayka berusaha keras untuk mengendalikan pesawat Yakovlev-nya yang rusak. Dia akhirnya berhasil membawa pesawat tersebut kembali ke pangkalannya di Khersones walaupun dengan susah payah, tetapi kemudian kehilangan kontrol saat pesawatnya mendarat sehingga akhirnya malah menabrak pesawat Yak-1 lainnya. Kedua pesawat ini hancur dan Chayka kehilangan nyawanya. Sementara itu setelah kembali ke pangkalannya, Gordon Gollob mendengar kabar bahwa Bär juga telah menjatuhkan tiga buah MiG-3. Tentu saja hatinya makin panas, dan pada hari-hari selanjutnya Gollob berusaha keras agar skornya bertambah dengan cepat dengan cara memilih target yang “ecek-ecek”. Berbeda dengan taktik umum pilot tempur yang selalu menyerang dari atas, Gollob lebih memilih untuk menyusup dari bawah (dengan ketinggian sangat rendah) demi memastikan bahwa tidak ada satu pesawatpun yang menguntitnya di belakang. Seorang pilot dari JG 77 yang tidak diketahui namanya menuliskan teknik bertempur Gollob sebagai berikut: “Gollob terbang dari Kerch bersama dengan kaczmarek-nya (wingman). Mereka memposisikan diri di ketinggian rendah di bawah sebuah formasi pesawat-pesawat Rusia. Kemudian mereka mulai mendaki dalam gerakan spiral, sementara secara saksama menjaga posisi agar tetap berada di bawah pesawat musuh. Sebelum pilot-pilot Rusia yang terbang dengan damai itu menyadari ada odong-odong (baca: Jerman) di antara mereka, dua pesawat terbawah dari formasi Rusia keburu ditembak jatuh dan kedua Jerman pengacaunya langsung buru-buru kabur.” (Prien: JG 77, halaman 1018) Tanggal 18 Mei, tiga bomber R-5 yang sudah kedaluwarsa menjadi korban tambahan dari ambisi pribadi Gollob, sehingga menambah skor kemenangannya menjadi 96. Tapi lagi-lagi dia dilangkahi oleh Bär, yang terlibat dogfight melawan 12 pesawat tempur Soviet di atas selat Tamanskaya dan berhasil merontokkan dua LaGG-3. Pada hari yang sama, I/JG 77 pimpinan Heinz Bär mendapat kunjungan sahabat dekatnya, Jagdfliegergeneral Adolf Galland. Antara Galland dan Gollob sendiri nantinya akan terlibat permusuhan sengit seperti halnya Bär dengan Gollob. Tahun 1944 Galland mencopot Gollob dari posisinya sebagai Jagd Experten (Pakar Pesawat Tempur) karena dianggap kurang kompeten di bidangnya. Tak lama kemudian, Jagdfliegergeneral Galland mendapat gilirannya saat dia menyadari telah dijadikan target dari pembalasan dan konspirasi Gollob (dalam tahanan rumah awal tahun 1945, Galland mendapat informasi bahwa Gollob telah mengumpulkan bukti-bukti yang memberatkannya, yang di antaranya berkaitan dengan penggunaan kendaraan dinas Luftwaffe untuk kepentingan pribadi, juga hobi judi dan main perempuannya yang terkenal!). Kembali pada persaingan Gollob dan Bär. Tanggal 19 Mei 1942 keduanya sama-sama terlibat aksi di udara. Gollob lagi-lagi memilih target yang ringan, dan dia berhasil menembak jatuh tiga R-5. Tinggal 1 kemenangan lagi dan dia akan meraih angka kemenangan “ke-100” yang super prestisius. Tapi mimpi Gollob hancur lebur ketika Bär melesat melewatinya dan menghancurkan lima pesawat tempur Ishak Soviet. Atas prestasinya ini, keesokan harinya Wehrmachtsbericht mengeluarkan berita: “Hauptmann Bär, yang menjadi Gruppenkommandeur di sebuah Jagdgeschwader, telah mencapai kemenangan udara ke-99 s/d ke-103 kemarin. Jumlah total kemenangan Jagdgeschwader kini menanjak menjadi 2.011.” Keesokan harinya Gollob yang panas kelayapan sepanjang pantai Kaukasus demi mencari musuh. Dia akhirnya berhasil menjatuhkan sebuah bomber DB-3, dan menjadi pilot kesepuluh Jerman yang berhasil melampaui 10o kemenangan setelah pada hari yang sama juga merontokkan sebuah LaGG-3. Tak lama setelahnya, pada bulan Juni 1942 JG 77 dan Heinz Bär dipindahkan ke wilayah Mediterania. Selagi menjadi pimpinan I./JG 77, “Pritzl” berhasil menembak jatuh beberapa pesawat Inggris di atas Malta. Tanggal 13 Oktober 1942 tiga pesawat Spitfire menjadi korbannya (dua dari 185 Squadron RAF, dan satu dari 1435 Squadron). Satu Spitfire lain mendapat giliran menjadi mangsa Bär empat hari kemudian (17 Oktober 1942) di dekat La Valetta. Setelah ini Heinz Bär ikut ambil bagian dalam pertempuran di langit Afrika. Di Tunisia dia mengemas kemenangan ke-61 atas pesawat Sekutu (nomor 118-179). Tapi sengitnya pertempuran yang tak henti-henti dan kondisi lingkungan yang berat di Afrika menampakkan pengaruhnya terhadap Bär. Dia luar biasa lelah secara fisik dan mental. Karenanya, Luftwaffe buru-buru memanggil pulang jagoan andalannya ini untuk mendapatkan “rehabilitasi” yang sangat diperlukan di Berlin. Pada musim panas 1944 Major Heinz Bär kembali dalam tugas aktif sebagai komandan II./JG 1 yang menjaga tanah tumpah darah Jerman Reich dari serangan pesawat-pesawat Sekutu. Kemenangan pertama setelah begitu lama vakum (nomor 200) didapatkannya dengan menggunakan pesawat FW 190A-7 'red 23' tanggal 22 April 1944. seminggu kemudian, tanggal 29 April 1944, dia tinggal landas dengan pesawat FW 190 A-7, WNr 431007 'red 13'. Di pagi hari ini 28 pesawat tempur dari II./JG 1 berpapasan dengan bomber-bomber USAAF. “Pritzl” menembak jatuh sebuah P-47 “Thunderbolt” sebagai kemenangan ke-201, dan beberapa menit kemudian menghanguskan sebuah B-24 “Liberator” untuk kemenangan ke-202. di sepanjang sisa tahun 1944 Bär menambah tiga pesawat Sekutu lagi sebagai korbannya, sehingga di akhir tahun tersebut skor kemenangannya berada di angka 205. Pada awal tahun 1945 Heinz Bär ditarik dari garis depan dan diserahi tugas baru untuk memimpin sekolah jet tempur III./EJG 2 (Lechfeld Schule). Pada bulan Maret 1945 sekolah ini diubah menjadi unit operasional dengan dilengkapi oleh pesawat andalannya yaitu Messerschmitt Me 262 yang bertenaga jet. Tanggal 19 Maret 1945 “Pritzl” mencetak kemenangan pertamanya menggunakan senjata revolusioner ini, setelah menembak jatuh sebuah P-51 “Mustang”. Di tangan seorang jenius seperti Bär, Me 262 terbukti menjadi senjata yang sangat mematikan. Tanggal 21 Maret dia mengklaim sebuah B-24, dan tiga hari kemudian dia menembak jatuh dua pesawat (B-24 dan P-51) sebagai kemenangan ke-208 dan ke-209. Sampai dengan tanggal 23 April 1945, ketika Bär ditarik menjadi anggota grup elite JV 44 pimpinan Galland, dia telah mencetak 13 kemenangan ‘jet’. Bersama dengan para “Jet experten” lain dari JV 44, Bär menghancurkan dua P-47 di bulan April. Kemenangan terakhir yang dicetaknya dalam Perang Dunia II adalah sebuah P-47, yang ditembak jatuh di atas Bad Aibling tanggal 29 April 1945. Dengan total 221 kemenangan udara, Heinz “Pritzl” Bär berada di urutan ke-8 pilot dengan skor terbesar sepanjang sejarah (tujuh pilot di atasnya semuanya merupakan pilot Luftwaffe!). Selain itu, dengan 16 kemenangan menggunakan Me 262, dia berada di urutan ke-3 pilot jet dengan skor terbesar dalam Perang Dunia II. Perlu diketahui bahwa Bär sangat beruntung, dimana dalam “petualangannya” mencetak 221 kemenangan tersebut (dalam lebih dari 1.000 misi tempur!), dia sendiri ditembak jatuh oleh musuhnya sebanyak 18 kali! Keberuntungan Bär berakhir saat dia terbunuh dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang ringan di Braunschweig, Jerman, tanggal 28 April 1957. Penghargaan
|