Hammurabi III (bertakhta skt. 1625 BC-1600 SM - kronologi tengah) merupakan seorang raja Yamhad (Halab) yang menggantikan Yarim-Lim III.[1]
Identitas
Hammurabi III diduga adalah putra Yarim-Lim III,[2][3] namun terdapat dua keraguan terhadap identitasnya.
Kekeliruan dengan Hammurabi II
Hammurabi III dianggap sebagai raja Hammurabi yang sama yang disebutkan di dalam tablet Alalakh AlT 21,22 namun diketahui bahwa Yarim-Lim III adalah raja Yamhad selama penghancuran Alalakh dan riwayat bangsa Het (tertanggal setelah penghancuran Alalakah) menyebutkan raja Hammurabi putra Yarim-Lim III, oleh karena itu Hammurabi di dalam tablet AlT 21,22 bukan raja yang sama dengan Hammurabi putra Yarim-Lim III yang menyebabkan perbedaan di antara kedua raja, Hammurabi yang disebutkan di dalam AlT 21,22 adalah Hammurabi II pendahulu Yarim-Lim III sedangkan Hammurabi yang disebutkan di dalam riwayat bangsa Het adalah Hammurabi III putra Yarim-Lim III.[4][5]
Tablet Alalakh (sumber utama kehidupan raja-raja Aleppo) berakhir dengan Hattusili I kehancuran Alalakh yang menyebabkan informasi tentang Aleppo menjadi langka.
Kekeliruan dengan Hammurabi putra Ammitakum
Hammurabi III disebutkan di dalam sejarah Hattusili I,[6] dugaan lain mengenai identitasnya timbul karena fakta bahwa Ammitakum raja Alalakh putra dan ahli waris juga bernama Hammurabi, Ammitakum melantik putranya sebagai penggantinya di hadapan Yarim-Lim III,[7] Teks-teks bangsa Het yang berhubungan dengan perang Aleppo menyebutkan Yarim-Lim III sebagai raja Aleppo, juga mereka menyebutkan Hammurabi dari Aleppo putra raja yang namanya hancur, yang menyebabkan Michael B. Rowton memberi dua kemungkinan tentang identitas Hammurabi, yang pertama adalah bahwa Hammurabi III adalah putra Ammitaqum, yang kedua adalah bahwa Hammurabi III adalah putra Yarim-Lim III,[8] Benno Landsberger percaya bahwa Hammurabi dari Alalakh identik dengan Hammurabi III dari Yamhad.[9]
Perang dengan bangsa Het
Hattusili I melakukan seraingkaian kampanye destruktif melawan Aleppo dan pengikut-pengikutnya di masa pemerintahan Yarim-Lim III, ia melanjutkan kampanyenya melawan Hammurabi,[10] dan akhirnya menyerang Aleppo ibu kota namun ditolak, terluka dan akhirnya meninggal karena luka-lukanya pada sekitar tahun 1620 SM.[11]
Sebelum kematiannya, Hattusili memproklamirkan cucu mudanya Mursili sebagai pewarisnya,[12] serangan bangsa Het berhenti sementara sampai Mursili beranjak dewasa,[11] serangan raja Het yang baru ditandai dengan balas dendam pribadi terhadap Hammurabi dan Aleppo, ia ingin membalas dendam darah Hattusili seperti yang tertulis di dalam teks bangsa Het,[13] serangan Mursili sangat menentukan, ia menghancurkan Aleppo dan memindahkan tawanan dan barang rampasan ke Hattusa yang mengakhiri kerajaan Yamhad sebagai sebuah kekuasaan di Timur Dekat pada sekitar tahun 1600 SM.[14]
Nasib dan suksesi
Teks-teks bangsa Het menyebutkan bahwa raja Aleppo ditangkap dan berdamai dengan Mursili, bagaimana Hammurabi membuat perdmaaian ini tidak diketahui atau nasib akhirnya,[13] Aleppo was rebuilt,[13] setelah pembunuhan Mursili, Sarra-El seorang pangeran dari Aleppo (diduga putra Yarim-Lim III)[15] mendapatkan takhta kembali,[16] akan tetapi Yamhad tidak pernah mendapatkan kembali status awalnya.[13]
Referensi
Kutipan